Wednesday, December 25, 2013

Antara kami (umat Islam) dan Natal

1. Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi’an (kristolog Jogja -red); “Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak.”

2. Wasi’an: “Kalian mengimani Musa, juga ‘Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda.”

Tuesday, September 3, 2013

Seperti katak dalam tempurung

Judul diatas adalah peribahasa yang sangat populer sekaligus menginspirasi kita

Banyak kita yang sejak kecil hingga dewasa, gak nyadar kalo sedang hidup dalam tempurung, tempurung yang dibuat oleh orangtua kita, orang-orang terdekat kita dan lingkungan kita, berupa cacian, doktrin dan laknat yang mengkristal dalam struktur otak kita.

Saturday, August 24, 2013

Lihatlah burung !

Selembut udara pagi yang menghembus menyemangati, fitrah hati begitu tajam mengilhami. Banyak jalan kini kembali terbentang, banyak harapan kini kembali menantang. Semoga hati ini pun semakin melembut mencerahkan diri tuk selalu bersemangat dalam kebaikan, tak surut energi tuk selalu berjuang.

Thursday, August 15, 2013

Sing waras ngalah

Kita pasti sering mendengar sebuah aturan tak tertulis,
“hormatilah pejalan kaki”, tentu saja ini ditujukan kepada para pengguna
kendaraan bermotor. Tetapi belakangan kita mulai mendengar kalimat baru,
“hormatilah para pengguna kendaraan”, apakah ini ditujukan kepada para pejalan
kaki? Mungkin juga karena banyaknya pejalan kaki yang tidak tertib saat
menyeberang jalan, sehingga banyak terjadi kecelakaan. Kita tentu sering mendengar
berita kecelakaan beruntun yang dialami oleh beberapa mobil di jalan raya, dan
penyebabnya hanya karena sebuah mobil yang menghindari seorang penyeberang
jalan yang kurang hati-hati.

Thursday, August 1, 2013

Ketika NASA sembunyikan Malam Lailatul Qadar ?

Benarkah NASA Sembunyikan Bukti Empiris Malam Lailatul Qadar?

Tidak banyak orang yang peduli dengan bukti ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadr. Setelah mencari di mesin Google, menemukan sebuah tweet dari akun BasongStil dengan ungkapan “Orang yang berkerja di NASA merasakan fenomena berbeda di waktu malam
lailatul qadar, tapi mereka bingung dan heran.

Thursday, July 25, 2013

Perbanyaklah membaca dan mendengar Al Quran

Dengarlah! Sahutan dzikir lembut membisik telinga yang tersumbat, getarnya memecah hati yang tertutup rapat. Cukup sudah telinga istirahat dari sebaik-baik nasihat, biarkan ia menjadi corong hidayah yang menembus ke relung hati. Dengarlah firman Allah ta'ala, artinya: "kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.." (Q.S. Al Anfal: 23)

Thursday, July 11, 2013

Puasa

".........Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" [ QS Al 'Araaf;7:31]

Sore itu, bulan Ramadhan telah datang menyambut kita.
Meskipun aku biasa berpuasa Senin dan Kamis, tetapi puasa Ramadhan senantiasa
membawa kegembiraan dan suasana yang berbeda.

Wednesday, July 10, 2013

Tarawih pertama kami

Malam ini malam pertama kami melaksanakan sholat tarawih, sekalipun para makmumnya yang terdiri anak-anak Amalia. Sholat tarawih dilaksanakan dengan tertib. Sholat tarawih bagi kami begitu sangat indahnya. Saya teringat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam bersabda,

'Barang siapa melaksanakan Qiyam Ramadhan (Sholat Tarawih) karena Allah dan mengharapkan ridhaNya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR.  Bukhari & Muslim).

Friday, July 5, 2013

Ketika jamaah umroh Indonesia mengunjungi Gaza

Rombongan umrah plus Gaza asal yang berjumlah
22 orang selama 4 hari berada di Jalur Gaza. Mereka tidak hanya berkunjung
ke tempat-tempat bersejarah yang ada di Jalur Gaza, tapi juga mengunjungi
keluarga fakir dan anak yatim.

Jamaah umrah Indonesia itu, dalam keterangan pers yang diterima
Republika.co.id, Senin (1/7), juga memberikan bantuan secara langsung ke
rumah yang berada di Gaza bagian utara yang padat akan penduduk, baik di
Beit lahiya maupun di Jabalia. Bantuan diberikan kepadai 150 orang anak
yatim dan janda Syuhada di Gaza Utara bekerja sama dengan LSM lokal,
Yayasan Salam.

Wednesday, June 19, 2013

CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)

Ada seorang istri yang meninggalkan suaminya, kemudian menikah lagi dengan teman SD yang ditemuinya kembali lewat Facebook. Ada seorang suami yang kerap kali mengirim pesan dan rayuan mesra kepada wanita lainyang masih dicintainya, lagi-lagi lewat

Facebook. Ada wanita, sudah menikah, rajin sekali menulis di Wall Facebook seorang lelaki yang bukan suaminya untuk memberikan sejuta perhatiannya. Nauzubillahi minzaliik…
Sejak maraknya situs jejaring sosial seperti Facebook, Cinta LamaBersemi Kembali (CLBK) nampaknya ikut menjadi tren. Kalau yang melakoniCLBK sama-sama masih lajang sih tidak ada masalah, tapi yang menjadi masalah yang melakoni adalah mereka yang sudah menikah! Facebook menggoyahkan dan mengahancurkan pernikahan sungguh bukan rumor, tapi nyata, nyata, dan nyata.

Doa yang dikabulkan Allah SWT

1. Doa orang yang dizalimi, musafir, dan doa orangtua.
Rasulullah Saw. bersabda, "Tiga orang yang doanya pasti dikabulkan adalah doa orang yang teraniaya, doa orang dalam perjalanan dan doa orangtua untuk anaknya." (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi)

"Doa orang yang teraniaya akan dikabulkan Allah. Bila ia seorang yang durhaka, kedurhakaannya berpulang hanya pada dirinya." (HR. Ahmad dan Bazzar)

Tuesday, May 28, 2013

Cukup Itu Berapa ?

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.Mata air itu bisa
mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.

Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang
diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani
mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di
depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu.
Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya,
seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih
kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum
cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu
mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata
cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata
"cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan
kerja kerasnya.
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah
target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang
pengertian. Ana k-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh
orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup.Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita
berhenti berusaha dan berkarya...
"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima,
bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat
kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"
Kau yang tampan
Kau yang cantik
Syukurilah itu..walaupun itu hanya sementara...

Sahabat dengarlah... jutaan orang di luar sana ...
Berharap bisa melihat...
Berharap bisa mendengar...
dan berharap bisa berbicara... .
Seperti kita....

Kau tak pernah mengerti..
Dan tak kan pernah mengerti...
Sadarlah sahabat...
Bahwa sesungguhnya kau tidak kekurangan.. ..

Wednesday, May 8, 2013

Meja Telepon Ibu : Sebuah Saksi Perjalanan Meraih Mimpi Mahasiswi Teknik Nuklir UGM

Meja Telepon Ibu : Sebuah Saksi Perjalanan Meraih Mimpi Mahasiswi Teknik Nuklir UGM

Selasa, 09 April 2013 Meja Telepon Ibu
Siti Horiah Mahasiswa Program Studi Teknik Nuklir 2012

Disudut ruang tamu kami, yang luasnya tidak lebih dari 4m2 itu terletak sebuah meja kecil berwarna hitam. Meja itu adalah sebuah meja telepon rumah yang sudah beralih fungsi sebagai meja belajarku. Meja itu adalah satu-satunya meja yang ada di rumah kami, meja yang sampai saat ini masih dibiarkan ibuku tetap berdiri tegak dan masih tetap berada dirumah kami dengan sebuah alasan yang tak aku ketahui. Beginilah kondisi rumah kami setelah peristiwa kebangkrutan usaha ayahku.

Tuesday, May 7, 2013

Agama itu nasehat

Cukuplah seseorang dikatakan mulia bila ia melakukan apa yang telah dilakukan oleh makhluk yang paling mulia yaitu para nabi dan rosul (dalam hal menyebarkan nasehat) apalagi bila diketahui bahwa nasehat adalah amalan yang paling afdhol, seperti pernyataan Imam Abdullah ibnul Mubarak saat ditanya amalan apakah yang paling afdhol, beliau menjawab, "Nasehat karena Allah."

Dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Ruqoyah Tamim bin Aus Ad Daary, Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Agama itu nasehat."

Saturday, April 27, 2013

Aku mencintaimu karena Allah ta'ala


Imam Syafii pernah ditanya oleh istrinya, "Suamiku, apakah engkau mencintaiku?" Beliau menjawab, "Ya tentu saja, dirimu bagian dalam hidupku." Mendengar itu istrinya bertanya, "Apakah engkau juga mencintai Allah? Bagaimana mungkin dua cinta menyatu dalam hati seorang mukmin, Cinta kepada Allah dan juga mencintaiku?" Beliau tersenyum dan mengatakan kepada istrinya dengan pandangan mata yang lembut penuh kasih sayang. "Karena cintaku kepada Allah, maka aku mencintai makhlukNya, memperlakukan dengan hormat dan penuh kasih sayang istriku, anak-anakku dan sesama. Aku mencintaimu karena cintaku kepada Allah."

Friday, April 26, 2013

Selamat jalan Ustad Jefri Al Buchori

Kabar meninggalnya Ustad Jefri Al Buchori Jumat (26/4/2013) dini hari membawa kesedihan mendalam bagi yang mengenalnya, baik secara langsung atau melalui dakwahnya di layar kaca.Ustad yang akrab disapa Uje ini lahir di Jakarta, 12 April 1973, dan berpulang tadi subuh di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akibat kecelakan motor besar, hal yang sangat dia suka.



Sunday, April 21, 2013

Pasangan di dunia dan akherat

Bagaimana kita menemukan jodoh yang bisa menjadi pasangan dunia akhirat? Sahabatku, bila ingin mendapatkan jodoh yang bisa menjadi pasangan dunia akhirat lihatlah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah sebab kualitas hidup kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya.

Sunday, April 14, 2013

Peringatan Valentine Day

14 Februari, adalah tanggal yang telah lekat dengan kehidupan muda-mudi kita. Hari yang lazim disebut Valentine Day ini, konon adalah momen berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada “pasangan”-nya masing-masing dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Seakan tak terkecuali, remaja Islam pun turut larut dalam ritus tahunan ini, meski tak pernah tahu bagaimana akar sejarah perayaan ini bermula.

Monday, April 1, 2013

Jodoh


Jodohnya telah tiba justru tidak pernah disangkanya. Disaat dirinya menangis kepada Allah karena belum menikah, pada saat itu dirinya memohon pada Allah agar memberikan jodoh yang baik dan menjadi imam bagi dirinya, sudah lewat 30 tahun usianya kekhawatiran tentu ada apalagi ia anak yang pertama dan masih memiliki adik, sementara ibunya membesarkan seorang diri. Kesibukannya bekerja, sang ibu selalu mengingatkan kapan dirinya menikah? yang ada hanyalah dijawab dengan tetesan air mata. Gajinya yang lebih dari cukup untuk membiaya sekolah adiknya dan menghidupi sang ibu.

Monday, March 25, 2013

Doa untuk Ibu Bapak / Orang Tua


Doa untuk Ibu Bapak / Orang Tua

Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya. Ibu kita mengandung selama 9 bulan kemudian melahirkan kita dengan resiko nyawa melayang. Ketika kita masih bayi tak berdaya, mereka beri kita minum dan makanan. Ketika kita buang air, tanpa jijik mereka membersihkan kita dengan penuh cinta. Kita diberi pakaian dan juga pendidikan.

Mereka sabar menghadapi kemarahan kita, rengekan, kenakalan, bahkan mungkin ketika kita masih kecil/balita pernah memukul mereka. Mereka tetap mencintai kita. Jadi jika kita merasa kesal dengan mereka, apalagi jika mereka begitu tua sehingga kelakuannya kembali seperti anak-anak, ingatlah kesabaran mereka dulu ketika menghadapi kita. Bagi yang sudah memiliki anak tentu paham tentang kerewelan anak-anak yang butuh kesabaran yang sangat dari orang tua.

Adakah kita mampu membalasnya? Bahkan seandainya orang tua kita tak berdaya sehingga untuk buang air kita yang membersihkannya, itu tidak akan sama. Orang tua membersihkan kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat dan panjang umur. Sementara si anak ketika melakukan hal yang sama mungkin akan merengut dan bertanya kapan “ujian” itu akan berakhir.
Begitulah. Seperti kata pepatah, “Kasih anak sepanjang badan, kasih ibu sepanjang jalan” Tidak bisa dibandingkan.

Oleh karena itu hendaknya kita berbakti pada orang tua kita. Minimal kita mendoakan mereka:
Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya. (HR. Muslim)
Jika kita tidak berdoa untuk orang tua kita, maka putuslah rezeki kita:
Apabila seorang meninggalkan do’a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya.
(HR. Ad-Dailami)

Oleh karena itu sebagai anak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdoa untuk ibu bapak kita. Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan


رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ
سورة نوح﴿٢٨﴾
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA
Ya Alloh ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku
(QS.Nuh 28)

رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِـيْراً
سورة الإسراء﴿٢٤﴾
ROBBIR_HAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
serta kasihilah mereka berdua seperti mereka mengasihiku sewaktu kecil
(QS. Al-Isro' 24)


Wednesday, March 20, 2013

Badai Kehidupan


Kenapa ini harus terjadi? Kenapa harus aku yang mengalaminya? Begitulah pertanyaan yang terlontar seorang laki paruh baya, ia tidak pernah tahu penyebabnya bagaimana peristiwa itu terjadi, ia juga tidak bisa menentukan apa yang terjadi, walau ia berusaha semaksimal mungkin sesuatu terjadi diluar kemampuan dirinya.

Saturday, March 9, 2013

Papa Bangga sama Kamu


Seorang ayah bernama Bakri berumur penghunjung 40-an diundang sekolah anaknya untuk hadir pada 'Hari Ayah'. Sungguh dia amat enggan perkara seperti ini. Merasa sudah punya empat orang anak, bahkan yang tertua sudah masuk kuliah. Ia merasa sudah gak umurnya lagi bersenda gurau dengan anak pada Hari Ayah di sekolah. Namun karena istri dan anaknya yang nomer empat memintanya dengan sangat, ia pun datang ke sekolah anaknya dengan hati berat.

Thursday, February 28, 2013

Pikiran yang positif

Hidup seringkali berjalan tidak seperti yang direncanakan. Kenyataan
sering berbeda dari harapan, dan perlakuan orang-orang di sekitar kerap
tak sesuai dengan kebaikan yang telah kita tebar.

Wednesday, February 27, 2013

Nikmat sehat dan waktu luang

Banyak orang berteriak ketika dompet dan isinya kecopetan
Banyak orang bergerutu ketika kembalian belanjanya diganti permen
Banyak orang menyesal ketika dia tidak sempat menonton sepakbola favoritnya pada sebuah stasiun TV

Cinta butuh keikhlasan untuk menerima

Cinta terkadang membutuhkan keikhlasan menerima. keikhlasan dalam cinta menempatkan diri kita ke dalam diri orang lain. Memahami segenap perasaan dan keinginannya. Itulah yang juga terjadi pada diri seorang pemuda yang baru pulang bekerja di luar negeri. Pemuda itu menghubungi ayah dan ibunya yang berada dikampung halaman.

Wednesday, January 30, 2013

Itu saya....karna saya....berkat saya

"Itu lo Bu, masa sih nga tau !
aku kan sering banget pake - emang ga pernah liat ya?", ucap seseorang ibu
kepada seorang ibu yang lain yang duduk di sampingnya. Ibu yang diajak bicara
hanya diam sambil tersenyum kecil.

Friday, January 25, 2013

Muhasabah

Hari esok adalah hari setelah hari ini. Namun, tak seorang pun mampu
menjamin bahwa dia akan sampai pada hari esok. Hari kemarin adalah
hari yang sudah jauh meninggalkan kita dan tidak mungkin kembali
ditemui. Sementara, perbekalan yang harus dibawa, kebaikan yang
dilakukan, serta kelalaian yang dikerjakan harus dievaluasi agar
mendatangkan keuntungan.

Tuesday, January 22, 2013

Ikhlas pemberian

Tiupan angin beraroma garam menerpa wajah kecil yang berlari mengukir telapak kaki di permukaan pasir. Hempasan air laut silih berganti mengarsir tepian agar lekukan pasir kembali rapih dari goresan jejak langkah mahluk darat. Diantara deru gelombang, dan suara kibasan daun kelapa, terdengar suara seruling mengalun memecah tawa anak-anak di tepi pantai.

Saturday, January 19, 2013

Ki Manteb Soedarsono, Hidayah Lewat Sang Buah Hati

Ki Manteb Soedarsono, Hidayah Lewat Sang Buah Hati

Anak adalah anugerah Allah yang tak terhingga. Ia bagaikan permata
dalam sebuah keluarga. Menghadirkan kesenangan dan kebahagiaan di kala
susah. Dan menjadi penghibur di saat sedih. Karena itu, tak lengkap
bila kebahagiaan yang dirasakan tanpa kehadiran seorang anak dalam
keluarganya.

Sebagai seorang anak, sudah semestinya untuk menaati segala yang
diperintahkan kedua orang tuanya, selama perintah itu tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Lalu, bagaimana bila anak tak mau
menuruti kehendak orang tuanya, sementara orang tuanya masih belum
menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim? Berdosakah ia (anak itu)?



Mungkin, pertanyaan itu layak diajukan pada dalang kondang, Ki Manteb
Sudarsono (60). Bagaimana tidak, bila seharusnya seorang anak
berkewajiban untuk taat dan menuruti perintah orang tuanya, ternyata
sang anak justru melakukan perlawanan hingga melancarkan aksi mogok.

Dan ternyata, aksi mogok anaknya itu, membuat hati Ki Manteb 'Oye'
Sudarsono luluh. Dan ia pun 'harus' menuruti kemauan sang anak. Ia
takluk. Padahal, dalam keseharian, sang dalang yang pernah dijuluki
sebagai dalang setan ini, terbiasa tegar dan teguh saat memainkan anak
wayang adegan perang tanding dalam dunia pakeliran.

Dalang kondang yang piawai dalam bidang olah sabethingga dijuluki
dalang setan ini tidak kuasa menghadapi gerilya si buah hati, hingga
akhirnya memeluk Islam. Perjuangan panjang ditempuh si bungsu, Danang
buah perkawinan dengan Srisuwarni (almarhumah). Ketika itu, si bocah
baru duduk di kelas tiga sekolah dasar (SD). Namun, bocah berperawakan
mungil itu mampu meluluhkan hati sang bapak yang berhati keras dan
temperamental dalam bersikap.

Menurut Ki Manteb, saat itu ia tengah duduk termenung di teras rumah
di Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah. Cuaca gerah lantaran sengatan terik matahari persis di atas
ubun-ubun. Ia melihat si anak, Danang, dan bocah sebayanya, tengah
berjalan kaki di pematang sawah hendak menjalankan shalat Jumat.

''Wow iya, bocah semono mlaku telung kilometer turut galengan
panas-panas neng desa tonggo mung arep shalat Jemuah, (Oh iya, anak
segitu jalan kaki tiga kilometer di pematang sawah, panas-panas, ke
desa tetangga hanya untuk melaksanakan shalat Jumat),'' batinnya.

Saat itu, keimanan Ki Manteb, masih campur aduk. Islam tidak, Hindu
tidak, dan Kristen juga tidak. Melihat anaknya sedang menuju masjid,
terenyuh juga hatinya yang keras bagai batu itu. Ia terketuk. Dalam
hatinya, ia berkata, Seandainya di dekat rumahnya ada masjid, pasti
anaknya tidak lari panas-panas di pematang sawah sambil menggamit kain
sarung kalau hanya untuk melaksanakan shalat Jumat.

Menjelang pelaksanaan shalat Jumat, Ki Manteb menghampiri si anak. Ia
menyarankan, agar anaknya naik mobil diantar sopir menuju masjid, biar
tidak kepanasan. Tak dinyana, sarannya itu ditampik sang anak. Anaknya
bersikap acuh. dan mengatakan sesuatu yang sangat menusuk hatinya.
''Mending jalan. Biar jauh jaraknya ke masjid, pasti pahalanya banyak.
Saya mau naik mobil, asal bapak juga ikut shalat,'' tegas Danang.

Pernyataan anaknya itu, benar-benar membuatnya harus berpikir keras.
Namun, tak sempat ia memberikan jawaban, sang anak sudah pergi.
Tinggal dia sendiri sambil termenung. Ia membayangkan sikap anaknya
yang atos (keras) seperti sikapnya selama ini. Ia merasa berat
melaksanakan shalat. Jangankan shalat Jumat, shalat lima waktu lainnya
pun sering ia tinggalkan.

Namun, sikap anaknya yang keras dan mengatakan hanya akan mau naik
mobil kalau dia juga shalat, terus membayanginya. Ia lalu berencana
untuk membangun masjid di dekat rumahnya. Tak berapa lama kemudian,
rencananya itu ia wujudkan dengan membangun masjid. Apalagi, ketika
itu kariernya sebagai dalang, juga makin naik pamor. Dan dalam tempo
delapan bulan, berdirilah sebuah masjid. Persis di depan rumahnya.

Namun, ketika masjid sudah berdiri, bukannya tambah senang, sebaliknya
ia merasa hatinya tambah gundah. Sebab, ia tidak pernah datang ke
masjid. Apalagi melakukan shalat di dalamnya. Hampir setiap hari, Ki
Manteb jadi bahan ejekan dan olok-olokan rekan seprofesinya. Saban
pentas wayang kulit sebulan sekali, Selasa Legen memperingati hari
kelahirannya di rumahnya, ia mesti kena sindir. Setiap dalang yang
pentas mengkritik. ''Lha iya, sudah bangun masjid megahnya seperti
ini, kok belum shalat juga,'' sindir para dalang itu.

Begitu juga dengan sikap Danang. Si kecil ini tak bosan-bosan
mengajaknya untuk mendirikan shalat. Bahkan, si bocah yang baru kelas
tiga SD itu, meminta bantuan Ki Anom Suroto salah seorang dalang
senior agar membujuk bapaknya untuk shalat.

''Pakde, mbok bapak diajak shalat. Wong sudah membangun masjid, kok
belum shalat juga,'' rayu Danang pada Ki Anom. Dan, dalang kondang
asal Solo itu pun terenyuh dengan permintaan Danang. Ia membujuk Ki
Manteb untuk mendirikan shalat.

Keras bagai batu
Berbagai bujukan dan rayuan, baik dari anaknya maupun rekan sesama
dalang, tak menggoyahkan hati Ki Manteb untuk mengerjakan shalat. Ia
malah makin kukuh pada keyakinannya. Islam tanpa harus shalat. Hatinya
mengeras bagai batu karang. Tak runtuh oleh deburan ombak yang keras.

Namun, upaya Danang tak berhenti sampai di situ. Sikap keras ayahnya,
ia lawan dengan keras pula. Mogok. Danang emoh pulang dan tinggal di
rumah. Ia lebih memilih masjid sebagai sarana untuk mengubah sikap
ayahnya.

Hari-harinya dihabiskan di masjid. Berangkat sekolah dari masjid.
Pulang sekolah juga ke masjid. Tidak mau pulang ke rumah. Tidur juga
di masjid. Kalau tidak dikirim ransum (makanan--red) dari rumah, juga
tidak mau makan.

Ibundanya, Srisuwarni, yang mengalah. Setiap hari, sang bunda mengirim
bekal makan ke masjid untuk anak tercinta. Melihat hal ini, emosi
dalang pengagum sosok Buto Cakil dan 'Ketek' Anoman ini, makin tak
keruan. Ia dongkol campur jengkel. Ki Manteb menganggap anak ragil
(bungsu), sudah tidak bisa diatur. Batinnya muntab. ''Dasar anak
kurang ajar, berani mengatur orang tua,'' batin Ki Manteb.

Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga bertahun-tahun, perang urat
syaraf antara anak dan bapak ini, tak berhenti juga. Belum ada
gencatan senjata atau kata damai di antara keduanya. Perang terus
berlanjut, hingga tiga tahun lamanya.

Selama itu pula, Ki Manteb dan anaknya neng-nengan (diam, tak bertegur
sapa) dengan anaknya, Danang. Tidak ada komunikasi ini sejak Danang
duduk di kelas tiga hingga kelas enam SD. ''Anak itu saya biarkan
selama tiga tahun, dari 1992 sampai 1995,'' ungkap Ki Manteb.

Namun, hidayah Allah SWT, akhirnya mampu membuka hati Ki Manteb yang
keras bagai batu itu menjadi lembut. Ketika itu, Desember 1992,
istrinya, Srisuwarni, dan kedua anaknya (Danang dan Gatot) hendak
melaksanakan umrah. Mereka bertiga, hendak pamit ke Tanah Suci.

Dari sini, mulai muncul kesadaran Ki Manteb. ''Saya ini bekerja cari
duit, ya untuk anak istri. Masak, anak istri di Makkah, saya
ongkang-ongkang sendirian di rumah,'' ujarnya. '' Keglelengan
(kesombongan) saya saat karier menanjak, duit banyak, saat itu runtuh
perlahan-lahan. Ini semua karena terpengaruh anak-istri. Maka, saya
memutuskan, saya harus ikut umrah juga,'' lanjutnya. Ia mengaku kalah
dengan sikap anaknya.

Karena itu, sebelum berangkat umrah, Ki Manteb mengikrarkan diri
mengucap dua kalimat syahadat di masjid yang dibangunnya. Kalangan
seniman, pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama
diundang. Termasuk Bupati Karanganyar saat itu, Sudarmaji. Pimpinan
Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, KH Muhammad Amir SH,
yang menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

Semua agama
Awalnya, Ki Manteb mengaku, tak begitu yakin dengan semua agama yang
ada. Baginya, agama apa pun, sama saja. Karena itu pula, ia pernah
mengikuti semua agama dan aliran kepercayaan. Pernah menjadi penganut
agama Hindu, Budha, Kristen, Katolik, maupun beragam aliran
kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (YME). Berpindah-pindah agama
hal yang biasa. Dan, selalu berakhir dengan ketidakyakinan dan
ketenteraman. Menurut Ki Manteb, kala itu, semua agama itu baik. Semua
itu tergantung pada manusia yang menjadi penganutnya.

Namun, setelah memahami dan mendalami serta merasakan betapa kuatnya
keyakinan sang anak terhadap agama Islam, ia pun merasa lebih tenteram
saat menjadi seorang Muslim. ''Hati ini teduh, damai, dan pasrah pada
Tuhan,'' terangnya.

Maka, pada 1996, bersama keluarganya, Ki Manteb menunaikan ibadah
haji. Sebelum berangkat, ia sempat mengisi pentas wayang kulit di Hari
Ulang Tahun (HUT) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atas permintaan
Pak Harto dan Ibu Tien. Ketika itu, Pak Harto mendoakannya agar
menjadi haji yang mabrur. Dan saat tengah menunaikan ibadah haji, ia
menerima kabar bahwa Ibu Tien Soeharto meninggal dunia.

Seusai melaksanakan rukun Islam yang kelima, ia pun menyandang
predikat haji. Nama itu, ternyata menambah beban baginya. Sebab,
sepulang dari haji itu, berbagai olok-olokan kembali dialaminya dari
sesama dalang. Ada yang menyebutnya sebagai kaji abangan, kaji
kejawen, kaji merah, kaji campur bawur, kaji etok-etokan, dan
sebagainya. Namun, semua itu ia abaikan. Ia yakin, yang mengolok-olok
itu belum tentu lebih baih baik dari yang diolok-olok. ''Malah sudo
(berkurang) dosanya,'' katanya.

Pasrah dan Tawakkal Pada Allah

Sejak menjadi Muslim, Ki Manteb Sudarsono merasakan sebuah keajaiban
dalam dirinya. Ia merasa semakin pasrah dan tawakkal kepada Allah.
Dahulunya, kata Ki Manteb, hidupnya serba kemrungsung (tergesa-gesa).
''Kalau lagi sepi job (kerja), saya bingung, gelisah. Nanti makan
dari mana, ya. Namun, sekarang lebih semeleh (berserah diri). Ada
job atau tidak, biasa saja. Semua rezeki, Allah yang mengatur,''
terangnya.

Dan, benar saja. Semua dijalani mengalir seperti air. Falsafah Jawa,
Urip iku sakdermo nglakoni (Hidup itu hanya sekadar menjalankan),
terasa tepat untuknya. Kalau lagi sepi job, justru ia manfaatkan
untuk beribadah. Dan kalau lagi ramai tanggapan (permintaan), ia
senantiasa ingat Allah. ''Sekarang lebih gampang bersyukur. Selalu
bersikap pasrah dan berserah diri kepada yang kuasa. Hidup ini
dinikmati serba tenteram dan damai selalu,'' ujarnya.

Ki Manteb menyatakan, seorang dalang memiliki peran yang sangat
penting. Terutama dalam upaya sosialisasi, penerangan, dan mengajak
masyarakat pada kebaikan. Karena itu, dibutuhkan wawasan dan
pengetahuan keagamaan untuk mengajak orang. ''Dalang mesti mampu
menyampaikan pesan amar ma'ruf nahi munkar dalam dunia pekeliran,''
ujarnya. Edy Setiyoko/sya/taq

sumber:
http://www.republika.co.id/berita/97402/Ki_Manteb_Soedarsono_Hidayah_Lewat_Sang_Buah_Hati

Friday, January 18, 2013

Bahagia di atas penderitaan orang lain

Seorang lelaki menelpon penyiar salah satu radio swasta dan dia bertanya kepada penyiarnya, 'Mas, sekarang lagi on air?' 'Benar Pak, sekarang lagi on air, suara anda dapat di dengarkan oleh orang se Jakarta,' jawab sang penyiar penuh percaya diri. 'Bapak hendak request lagu apa?' tanyanya.

Sunday, January 6, 2013

Masjid

Pernah ada tetangga yang sering pindah-pindah rumah hanya karena tidak ingin dekat dengan masjid. "Suara adzan berisik, sering mengganggu waktu tidur kami," ujarnya. Masya Allah, ada orang, bahkan satu keluarga yang mengaku muslim namun merasa sering terganggu dengan suara adzan dari masjid.

Tetapi mungkin Allah masih tetap ingin memberinya hidayah kepadanya, karena beberapa kali berpindah rumah ia selalu mendapatkan rumah yang tidak jauh dari masjid. Bahkan pernah sekali rumahnya bersebelahan dengan masjid. Pernah juga di rumah yang lain yang mulanya ia cukup senang karena sangat jauh dari masjid, eh tidak lama kemudian masyarakat setempat beramai-ramai membangun masjid. Dan letaknya, justru hanya beberapa langkah saja dari rumah keluarga yang ingin menjauhi masjid.

Beruntung, hidayah Allah benar-benar menembus. Keluarga ini kemudian perlahan-lahan mulai menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa jauh dari masjid selama masih tinggal di Indonesia, negeri yang mayoritas memeluk agama Islam. Satu persatu anggota keluarga ini menjadi bagian dari jamaah masjid di dekat rumahnya.

Ada lagi yang tidak separah keluarga di atas. Mereka rajin sholat, namun lebih suka di rumah. Banyak alasan yang dipakai, mulai dari jarak yang lumayan jauh sampai pada persoalan perbedaan tata cara ibadah semisal subuh pakai qunut atau tidak, sholat jum’at adzan dua kali atau sekali. Ada lagi alasan tidak ke masjid karena menganggap masjid itu miliki golongan tertentu, sedangkan ia berada di barisan yang berbeda. Tapi yang paling banyak dipakai adalah alasan yang dibuat-buat alias malas ke masjid.

Buat orang-orang sibuk yang bekerja sejak pagi hingga malam, masih dimaklumi jika tidak sempat menyambangi masjid di lingkungannya. Toh, di waktu dzuhur dan ashar ia pun sholat di masjid di kantornya. Begitu pula waktu maghrib dan isya, ada yang bertemu masjid di perjalanan pulang dan mereka mampir untuk bertemu Allah, tidak sedikit pula yang memutuskan pulang ke rumah sesudah sholat maghrib. Intinya, tetap ke masjid.

Tetapi, bagaimana pun fungsi masjid tak sebatas tempat beribadah mahdhah saja, masjid juga memiliki fungsi sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Fungsi sosial misalnya, silaturahim tetap harus dijaga di antara warga yang tinggal di sebuah lingkungan. Karena sepanjang waktu habis dipakai untuk bekerja, maka shubuh merupakan satu-satunya waktu untuk tetap menyambung silaturahim itu. Atau di hari libur, kita bisa lebih sering bertatap muka dengan jamaah lainnya. Jika kita tidak sempat bertamu ke tetangga, masjid bisa memfasilitasi pertemuan dengan banyak warga tanpa harus berkunjung satu persatu ke rumah tetangga.

Sayang sekali, jumlah masjid yang sangat banyak tumbuh di negeri ini tidak diimbangi dengan semangat untuk memanfaatkannya. Saya masih ingat ketika masih tinggal di Tangerang, ada semangat luar biasa dari warga untuk membangun masjid bersama-sama hanya karena mendengar isu lahan kosong itu hendak didirikan bangunan ibadah ummat beragama lain. Tetapi ketika masjid itu sudah berdiri tegak, kita tak ramai-ramai menegakkan ibadah di dalamnya.

Ada orang-orang yang memanfaatkan masjid hanya pada moment tertentu, seperti pernikahan. Saat sepasang lelaki dan perempuan memulai hidup baru, mengikat janji setia. Indah sekali, sebuah ikatan sakral yang dilakukan di dalam masjid disaksikan ratusan pasang mata dari keluarga, kerabat, sahabat serta tamu undangan. Tidak hanya itu, Allah dan para malaikat pun menyaksikan prosesi penyatuan dua insan itu.

Sesudah itu, kita lupa lagi dengan masjid. Lupa bahwa di masjid lah kita memulai hidup baru, dan terlebih lupa pula bahwa di masjid pula lah kita akan mampir sejenak setelah kehidupan berakhir. Ini ingatan untuk diri pribadi agar tak menjauhi masjid, sebab saya tak ingin orang-orang tak berkenan hadir untuk menyolatkan jenazah saya di masjid karena saya dianggap bukan bagian dari jamaah masjid