Wednesday, September 9, 2009

JANGAN DITUNDA LAGI

JANGAN DITUNDA LAGI


If not now when, if not we who else ..."
kalimat yang pernah dilontarkan mantan Presiden
Amerika Serikat, Ronald Reagan pada satu kesempatan
pidatonya saat ia menduduki jabatan paling bergengsi
di Amerika itu, jabatan yang juga bergengsi di setiap
negara tentunya. Kurang lebih, kalimat tersebut
bermakna bahwa segala sesuatunya harus dikerjakan
sekarang, saat ini juga karena belum tentu ada
kesempatan kedua untuk melakukannya, dan kitalah juga
yang harus melakukan hal tersebut, jangan berharap
kepada orang lain.
Tentu saja, jauh sebelum si Cowboy AS itu mengucapkan
kalimat yang sebenarnya tidak terlalu terkenal itu,
Muhammad Saw, manusia mulia yang menempati urutan
nomor wahid dalam deretan 100 tokoh paling berpengaruh
di dunia yang ditulis Michael H Hartz, mengucapkan
kalimat yang jauh lebih populer, "Gunakanlah waktu
lapangmu sebelum datang sempitmu ...". Juga ada satu
ungkapan hikmah yang terkenal, "Bekerjalah kamu seolah
kamu akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah seolah
kamu akan mati besok". Ada garis persamaan yang bisa
ditarik, meski ketiga kalimat diatas sebenarnya tidak
terlalu berhubungan, tapi ketiganya sangat berhubungan
dengan bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik
mungkin.
Sesuai dengan sifatnya, waktu yang akan selalu
bergerak maju, -karena tak pernah ada waktu yang bisa
diulang seperti dalam film Quantum Leap yang
dibintangi oleh Cliff Baker- maka tak mengherankan
jika Allah melabeli "orang merugi" bagi mereka yang
tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan tepat.
Karena sifatnya yang tidak bisa diulang itulah, maka
kita seharusnya mengambil setiap kesempatan sesempit
apapun yang datang, agar setiap waktu yang terlewati
itu terisi dengan hal-hal bermakna dalam hidup kita.
Dalam surat yang sama (al Ashr) diperingatkan pula
tentang sifat waktu yang lain, betapa waktu yang
berjalan itu juga begitu singkat menghampiri kita.
Manusia yang lalai, malas dan tidak menghargai waktu,
tentu masuk dalam kategori "merugi" tadi.
Pada kenyataannya, jika kita mau sejenak saja menengok
ke belakang, maka akan kita sadari -lebih ekstrimnya
kita sesali- karena begitu banyaknya waktu yang
terlewati dengan sia-sia, sungguh tak terhitungnya
kesempatan berlalu yang hampa makna seolah waktu yang
diberikan Allah begitu tak berarti, bahkan seringkali
tak bernilai sama sekali. Tentu saja, setelah
menyadari -atau menyesali- kenyataan waktu yang sudah
terlewati itu, dua bibir ini secara refleks membentuk
huruf "O" seraya mengeluarkan kata "Ooh". Mungkin ada
yang lebih parah lagi, ini sangat tergantung pada
seberapa menyesalnya kita atas berbagai kesempatan
yang tersia-siakan itu, maka jari telunjuk pun segera
nangkring diantara gigi atas dan bawah kita.
Sepantasnya kita menangis tatkala menyesali semua itu,
namun apa manfaatnya? biarlah yang berlalu itu
dijadikan pelajaran yang berharga bagi kita untuk
tidak tersudutkan pada predikat 'bodoh', karena konon,
orang bodoh adalah orang yang mengulangi kesalahan
yang sama, dia bodoh karena tidak belajar dari
kesalahan pertamanya, hanya itu. Toh, saat ini kita
masih punya waktu, entah sampai kapan Dia memberikan
waktu ini, who knows? Tapi yang jelas, dengan berbekal
satu tekad, "Hari ini harus lebih baik dari kemarin"
maka melangkahlah kita untuk memulai hari-hari,
menggunakan waktu dan kesempatan yang tersedia didepan
kita sebaik mungkin, seefektif mungkin, seefisien
mungkin agar kelak ada yang bisa kita ceritakan dengan
bangga -tanpa bertepuk dada- kepada anak cucu kita.

Sunday, September 6, 2009

Perubahan yang kita butuhkan

Kita hidup di dunia ini yang berlari sangat cepat menuju tujuan
akhirnya. Manusia mengira mereka akan hidup selamanya. Namun,
sebagaimana yang Allah SWT jabarkan kepada kita dalam Kitab Suci al
Qur'an:

Innaa 'aradhnaa amaanata 'alas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa
abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahal insaanu innahuu
kaana zhaluuman jahuulaa

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu karena
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, (QS
Al-Ahzab [33]:72)

Kita telah diberikan harta ini, Allah SWT berfirman, "Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi," dan mereka menolak, "Tidak, Ya
Rabbi! Kami tidak sanggup mengembannya. Ini sulit." Manusia menjawab,
"Kami bisa mengemban amanat itu," dan Allah SWT menyebut manusia
sebagai zhaluuman jahuulaa. Mengapa manusia mau memikulnya? Langit
dan bumi menolak, "Tidak, kami tidak bisa mengembannya. Jangan
pikulkan amanat tersebut kepada kami." Karena jika langit dan bumi
mengembannya dan gagal, maka Allah SWT akan menghancurkan jagad raya
ini. Itulah mengapa kalian melihat jagad raya disini.

Itulah amanat yang manusia emban. Itulah mengapa Allah SWT menimpakan
bencana atas manusia, tapi berpengaruh terhadap planet bumi. Siapakah
yang terkena dampak jika ada banjir? Kita, manusia. Karena kita berani
memikul amanat tadi. Jika kalian ingin harta itu, maka jagalah agar
harta itu tetap bersih sebagaimana Aku memberikannya kepada kalian.
Jika tidak, Aku harus membersihkan kalian. Apakah kalian membiarkan
anak laki-laki atau perempuan kalian kotor? Apakah kalian membiarkan
diri kalian juga kotor? Tentu tidak, kita bergegas mandi.

Jadi, mengapa kita membiarkan harta kita kotor? Kita membaca Kitab
Suci al Qur'an, membaca hadis-hadis suci dan meletakkan ayat-ayat
dari Kitab Suci al Qur'an di rumah dan sekolah. Namun, apakah kita
mengambil hikmah dari ayat-ayat tersebut?

Melihat – semua orang melihat bayinya Masud dan mereka senang. Mengapa
kita tidak tersenyum untuk menjaga harta kita tetap bersih? Mata semua
orang selalu menengok ke orang yang tidak berdosa (seperti bayi .pen)
Namun mata kita tidak menengok ke orang dewasa, karena kita penuh
dosa. Itulah perbedaan utamanya.

Awliyaullah mampu menyeimbangkannya. Mereka punya penglihatan itu.
Mereka tidak menyukai apapun dalam jagad raya ini. Satu-satunya yang
mereka inginkan adalah bagaimana agar mereka dari hari ke hari semakin
dekat ke Hadirat Ilahi agar sampai ke tujuan mereka. Hari ini kita
menyetir untuk sampai ke sini dan kami menghitung menit demi menitnya,
berapa menit lagi kami sampai. Kami ingin sampai di tempat tujuan.

Semua orang ingin sampai ditempat tujuannya. Kita mengebut untuk
sampai disini jam 8, agar sampai di tujuan tepat waktu. Jiwa kita juga
mengebut untuk sampai tujuannya. Tubuh kita tidak menginginkan itu.
Karena tubuh mengemban amanat tersebut. Jiwa kita bersih karena tidak
menginginkan amanat itu. Sedangkan tubuh bodoh dan zalim.

Dunya pun mengejar tujuannya. Tidak seorangpun dapat menghentikannya.
Para Imam, presiden, raja pun tidak bisa menghentikan tujuan Dunya
yang sedang mencapai tujuan akhirnya agar mencapai tujuan-tujuan kita.
Akhir itu semakin mendekat. Awliyaullah punya sebuah komputer -kalian
perhatikan kini komputer sudah sangat sangat canggih- komputer sangat
kecil dan punya semuanya. Ketika waktu sholat datang, komputer
menyerukan azan. Waktu Zuhur datang, komputer menyerukan azan.
Bagaimana komputer bisa tahu? Dengan mengkalkulasikan detik. Kalian
tidak punya aplikasi seperti ini. Apakah Anda punya, Imam? Saya punya
1 buah disaku. Selesainya di waktu sholat 'Isya. Benda itu menyerukan
azan.

Planet bumi ini bergerak menuju tujuannya untuk melakukan sajdah. Ya
Rabbi, saya mendekati tujuan, saya melakukan perjalanan dengan cepat
untuk mencapai-Mu. Tidak satupun bisa menghentikannya. Awliyaullah
tahu tanda-tandanya. Awliyaullah hidup dengan tanda-tanda tersebut.
Tanpa pertanda, Rasulullah SAW memprediksikan tanda-tanda
Hari Kiamat, berakhirnya jagad raya ini.

Ketika Jibril menanyakan 3 buah pertanyaan kepada beliau tentang
Islam, iman dan ihsan. Kemudian Jibril bertanya lebih lanjut,
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat?" dan Rasulullah SAW
menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
bertanya." Kemudian Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku
tanda-tandanya? " dan Rasulullah SAW menyebutkan tanda-tanda Hari
Kiamat. Salah satunya: orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang
miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan
gedung-gedung tinggi. Mengubah gurun pasir menjadi surga, surga dunia.

Awliyaullah menghitung Hari Kiamat dari waktu ke waktu. Nah, apakah
yang Awliyaullah lakukan? Mereka berada di hadirat Tuhan mereka.
Rasulullah SAW bersabda, "Waktu terbaik bagiku adalah ketika sedang
sholat." Mengapa Syaikh? Bagi Rasulullah SAW waktu terbaiknya adalah
saat sedang sholat. Bagi Awliyaullah, kapankah waktu terbaik bagi
mereka? Dalam sholat mereka. Ketika kalian membaca al-Fatihah, kepada
siapa surat itu kalian tujukan? Alhamdulillah. Ya Rabbi, segala puji
bagiMu. Ar-Rahman ar-Rahim, kalian sedang berbincang langsung kepada
Allah SWT dan salam, rasa hormat serta menerima bahwa Engkau-lah Tuhan
kami. Jadi, mengapa kita berdo'a dengan tergesa-gesa?

Jika kalian bersama seorang gadis, (dia tersenyum). Anda mengundang
gadis itu hari ini untuk sekedar minum kopi atau teh, mengapa? Saya
tidak memberikan contoh ini, karena memang itulah yang terjadi. Dan
anda ingin bicara dengannya, kan? Anda berusaha memperpanjang atau
menyingkat waktu? Anda berusaha memperpanjang waktu bersama gadis itu,
mengapa? Karena hasrat anda mendesak anda melakukan itu.

Lalu bagaimana dengan hasrat kita untuk memperpanjang waktu saat
kalian sedang sholat? Malah sebaliknya, kita mempersingkatnya, ya
Imam? Kita selalu tergesa-gesa. Itu sebuah contoh kecil. Itu terjadi
pada kita semua. Saya tidak membuat pengecualian pada kita. Kita semua
seperti itu.

Kaum ulama memberikan ceramah hari ini di mimbar atau memberikan
presentasi di sekolah-sekolah atau universitas berusaha membahasa
persoalan sangat penting yang sedang muncul. Mengapa para ulama
berbicara terlalu tinggi. Perhatikanlah yang dibawah kalian. Kalian
memperpanjang atau menghabiskan waktu kalian dengan seorang wanita
atau teman-teman, namun kalian memperpendek waktu kalian bersama Allah
SWT ketika sedang melakukan sholat.

Kullu hizbin bima ladayhim farihoon - Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (QS. Al
Mu'minuun [23]:53)

Kami membuat tafsir dari ayat ini.. Mereka menerjemahkan menjadi 100
makna berbeda. Namun salah satu maknanya adalah bahwa anda selalu
bersama pengikut setan, karena anda selalu berupaya menghabiskan waktu
anda untuk selain Allah, sedangkan pada saat sholat menghadap Allah,
anda mempersingkat waktunya.

Apa yang Awliyaullah lakukan? Mereka memperpanjang sholat mereka,
mereka memperpanjang sholat hingga sempurna. Itulah mengapa dalam
sholat tarawih, Awliyaullah memanjangkan sholat agar bisa membaca
Kitab Suci al Qur'an dalam sholatnya. Bukan pada masa Rasulullah SAW
melafalkan Kitab Suci al Qur'an hingga *khatam *dan bukan pada masa
Rasulullah SAW membaca Kitab Suci al Qur'an hingga khatam. Namun
dimulai pada masa ke-Khalifah- an Sayyidina 'Umar (r.a), mereka
menjadikannya 20 raka'at dan kini mereka memutuskan untuk melafalkan
seluruh juz dalam Kitab Suci al Qur'an.

Mengapa? Supaya mereka dapat berlama-lama di Hadirat Allah SWT. Jadi,
kita harus memperpanjang sholat (tidak tergesa-gesa) agar kita bisa
lebih lama di Hadirat Allah SWT. Apa yang kalian punya dalam 5 Rukun
Islam: *syahadatu an la ilaha illa-Allah wa anna Muhammadan 'abuduhu
rasuluhu wa iqaamus shalaat, wa ita-uz zakat, wa shawmu Ramadhaan wa
hajjul bayti*. Perhatikan, *SubhanAllah* dalam sholat ada 5 Rukun.

Awliyaullah tidak buta, mereka melihat. Saat kalian mengucap *Allahu
Akbar. Iqaamus shalaat. Kalian ada didepan Ka'bah. Saat kalian duduk
tahiyat: *asyhadu an la ilaha illa-Allah wa asyhadu anna muhammadan
'abduhu wa rasuluh

Jadi, ada 2 buah Rukun disana. Saat mengucap "Allahu Akbar" kalian
tidak dalam kondisi makan dan minum. Jadi, kalian sedang puasa. Saat
mengucap "Allahu Akbar" kalian tidak sedang bekerja. Kalian
mengerjakan amal. Pada saat itu, kalian sanggup bekerja namun kalian
meluangkan waktu, kalian mengisi waktu itu dengan ibadah sholat.

Jadi, saat mengucap "Allahu Akbar" kalian ada dihadapan Ka'bah. Jangan
pikir kalian tidak ada disana. Bagi yang tidak bodoh dibawa
Awliyaullah ke Ka'bah. Namun kita tidak dapat melihatnya. Ada tabir
pada diri kita. Kalian saat sholat melihat tembok atau imam. Namun
sesungguhnya, kalian bukan sholat menghadap tembok, kalian sholat
menghadap Ka'bah. Apakah Allah SWT tidak punya kekuatan untuk
menyingkirkan tabir untuk memperlihatkan kepada kalian bahwa ada di
hadapan Ka'bah? Kita berucap, "Allahu Akbar," bahwa "Allah Maha
Besar!" Apakah Dia tidak bisa menyingkirkan tabir dan memperlihatkan
Ka'bah kepada kalian? Kini, kalian menyalakan TV dan melihat Ka'bah.
Tidak bisakah Allah SWT menyalakan TV surgawi dan membawa kalian ke
Ka'bah? (Tentu bisa) Namun ada tabir pada kita. Bukan Allah yang
membuat tabir itu, tapi kitalah yang memberi tabir pada diri kita
sendiri.

Dunya ini bergerak menuju tujuannya. Tahun lalu di bulan Maret
tepatnya pada *Maulid an-Nabi* SAW pergerakan dunya dimulai. Mereka
membukakannya. Mereka membukakan kepada orang-orang untuk melihat;
bagi orang-orang yang tahu bahwa ada perubahan yang datang. Perubahan
tersebut adalah sebuah pembukaan agar sesuatu besar yang akan terjadi.
Awliyaullah menunggu, menunggu dan menunggu sesuatu yang akan terjadi
itu. Dari bulan Maret tahun lalu di California, banyak orang mendengar
itu. Banyak pesan datang bahwa sebuah perubahan akan terjadi.
Perubahan itu terjadi.

Jangan pikir tidak ada Awliyaullah yang telah diberikan otoritas oleh
Allah SWT atas dunia ini. Mereka punya otoritas atas dunia ini. Allah
SWT memberikan kekuatan itu pada Awliyaullah.

Dengan perintah Mawlana, 2 minggu yang lalu saya datang ke sini dan
dengan perintah Mawlana minggu ini saya datang ke sini. Kedatangan ini
bukan karena saya ingin datang atau karena Anda mengundang saya. Dua
tahun yang lalu saya tidak datang. Namun ada sebuah pesan penting
untuk disampaikan, minggu ini juga harus disampaikan.

Saat Awliyaullah ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Saat
Mawlana Syaikh ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Kalian
bukanlah sang Syaikh. Kalian adalah domba. Saat domba jantan ingin
melihat, dia bisa membawa seluruh kawanan kembali ke rumah demi
keselamatan.

Dan apakah yang dimiliki oleh para pemburu? Mereka punya anjing untuk
mengantarkan mangsa kepada pemburu. Mangsa. Kalian mengirim anjing
kemana-mana untuk menggiring mangsa untuk datang. Ada sebuah pesan
pada orang itu 2 minggu yang lalu. Orang yang bertanggung jawab atas
seluruh wilayah secara spiritual. Tiap wilayah diseluruh dunia ada
dibawah tanggung jawab seorang wali. Dan Sultan al-Awliya bertanggung
jawab atas seluruh dunia. Ada sebuah pesan untuk disampaikan kepada
seorang yang bertanggung jawab atas wilayah Midwest dan ucapan selamat
kepada wali yang bertanggung jawab tersebut.

Jadi, Awliyaullah tidak terhijab. Saat Awliyaullah ingin mengirim
sebuah pesan, mereka tinggal mengirimnya. Nah, Mawlana Syaikh ingin
mengirimkan pesan tersebut. Karena inilah abad perubahan semakin
mendekat. Ada sesuatu yang akan berubah di seluruh dunia, dari buruk
menjadi baik. Allah SWT tidak mengubah dari baik menjadi buruk. Allah
SWT mencintai para hamba-Nya - Dia menghendaki perubahan dari buruk ke
baik.

Itulah mengapa judul sohbet ini "Perubahan yang Kita Butuhkan". Mereka
tidak boleh mengubah judulnya. Awliyaullah mengubah inspirasi dihati
mereka untuk berubah dan perubahan pun terjadi. Dan dengan situasi
baru ini, ada sebuah perubaha besar tang akan terjadi bagi semua orang
dengan merasakan kebahagiaan, semua orang bersyukur kepada Allah SWT
karena inilah persiapan untuk dunia ini mencapai tujuannya. Saat dunia
ini mencapai tujuannya, kita mencapai tujuan kita.

Berkali-kali saya bertanya kepada Mawlana Syaikh (semoga Allah memberi
beliau panjang umur) tentang kaki beliau. Karena kaki beliau bengkak
dan beliau selalu menolak untuk diobati. Mengapa?

Orang-orang bertanya-tanya. Kami bertanya-tanya, namun saat beliau
ingin kalian tahu, maka kalian akan tahu. Beliau ingin menanggung rasa
sakit agar para pengikut beliau tidak akan merasakan sakit di dunya
atau akhirat. Beliau memikul rasa sakit ini, agar para pengikut beliau
tidak merasakan sakit di dunya atau akhirat serta beliau akan
mengorbankan keselamatan dan kenyamanan beliau demi kita agar bisa
merasa nyaman.

Awliyaullah tidak bertindak tanpa ijin. Kini adalah waktunya dimana
Allah SWT pun menguji para wali. Berapa kalikah Rasulullah SAW ditimpa
kesulitan sedangkan beliau adalah Penutup para Nabi? Beliau diberikan
kesulitan demi tubuh suci beliau. Tubuh beliau suci dan ikut pergi
saat Mi'raj dan masih saja beliau diperlakukan dengan buruk oleh
kaumnya dalam Perang Uhud. Pasa saat itu mereka mematahkan gigi
beliau. Peristiwa itu terjadi setelah Mi'raj. Seseorang yang Mi'raj
dengan tubuh sucinya dan kembali lagi ke dunia ini, Allah SWT tidak
pernah meninggalkan beliau sendiri: "Ya Muhammad, angkatlah kesulitan
dari Ummah." Untuk mengangkat kesulitan, beliau harus mengalami patah
gigi. Itu sangat sakit.

Allah SWT menguji Awliyaullah -jangan pikir Allah SWT tidak akan
menguji mereka. Allah SWT ingin para Awliyaullah memikul sebanyak
mungkin tanggung jawab para pengikut mereka. Seperti seorang Syaikh
dan wali yang kalian punyai. Kaum ulama adalah anak-anak dipintu
Awliyaullah. Mereka bukanlah Awliyaullah - mereka adalah orang-orang
yang belajar dan yang masih punya kesombongan, kebanggaan, hawa dan
nafsu. Karena mereka masih belum mau berusaha berjuang melawan
perilaku ini untuk mencapai tingkat ihsan. Maka mereka tidak
memperoleh lebih dari tingkat pertama dari 2 tingkat. Awliyaullah
sudah jauh dalam *maqam al-ihsan* untuk mengubah tingkah laku mereka
menjadi lebih baik.

Saya pernah berkali-kali melihat Mawlana, setelah semua orang
tertidur, beliau mengambil sampah didalam rumah, dan memperlihatkan
kepada saya, apa yang dilakukan seorang ulama dan yang dilakukan
seorang yang mengaku wakil atau deputi. Beliau mendatangi tempat
sampah dan tidak bicara apa-apa kepada semua orang. Beliau mengambil
sampah dan melihat sekerat roti, beliaupun mengambilnya. Beliau
melihat makanan itu disana dan mengambilnya. Menyimpannya dan kemudian
pada hari berikutnya, beliau tidak makan apa-apa dimalam hari karena
tidak merasa lapar. Tapi pada hari berikutnya saat orang-orang makan
di meja makan beliau, beliau membawa makanan yang diambilnya dari
tempat sampah dan memakannya. Aku melihat itu ratusan kali. Tidak saat
ini, namun ketika beliau ada di Damaskus tahun 1980an. Tunjukkan pada
saya kalau ada ulama yang melakukan dialog antar agama mau melakukan
seperti itu. Tidak, mereka membuang-buang makanan. Maulana Syaikh
tidak pernah membuang nikmat apapun dari Allah SWT.

Allah SWT meninggalkan Fira'un. Allah SWT berfirman, "Aku akan
menghancurkan Fira'un demi Sayyidina Musa." Mengapa Allah SWT tidak
menghancurkan Fir'aun pada 40 tahun sebelumnya? Karena Fir'aun
mempunyai kebiasaan mengumpulkan remah-remah makanan yang berjatuhan
dari meja. Fir'aun mengumpulkan dan memakan remah-remah tersebut.
Fir'aun berkata, "Aku tidak bisa membuang remah-remah ini karena
inilah nikmat dari Allah."

Karena saat tujuan datang -karena kita berada dijalan menuju tujuan
akhir- dan tujuan mendekat. Jadi, persiapkan diri kalian untuk tujuan
tersebut. Nah, saat tujuan akhir/masa hidup Fir'aun mendekat, setan
datang dan berkata, "Kau sudah menyimpan makanan dan remah-remah.
Kenapa? Kau kan Tuhan! Tinggalkan itu!"

Berapa kali kita membuang remah-remah bekas kita makan? Di meja kita
dan di lantai. Bukan hanya itu, kita mengambil makanan dan
membuangnya. Saya tidak berencana membicarakan ini dan Mawlana Syaikh
bersikeras untuk mengatakan bahwa perubahan mendekat. Dan perubahan
tersebut mulai pada Maulid an-Nabi SAW dibulan Maret. Sebagian orang
di California mendengar dan melihat perubahan itu. Barang siapa yang
memahami, maka dipahami maksud dari perubahan tersebut.

Mawlana menyebutkan nama seseorang yang sedang datang. Dan orang itu
sudah datang sekarang. Dan kami akan melihat perubahan apa yang akan
terjadi. Ini bukanlah perubahan beliau dan bukan juga perubahan para
pengikut beliau. Bukan, ada sebuah perubahan surgawi mendekat.
Perubahan menjadi lebih baik. Bukan hanya bagi kaum Muslim, tapi buat
semua orang. Allah SWT tidak membedakan siapa yang Muslim dan yang
tidak. Tapi perubahan bagi semua orang. Urusan akhirat lain lagi.
Allah SWT memberikan sebuah perubahan yang sudah dinanti-nanti. Jangan
lupa membaca, "Subhaanallaahi wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim
Astaghfirullah."

Ketika Ajal Mendahului Taubat

Ketika Ajal Mendahului Taubat


Kita diberitakan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al
Ankabut:57 yang artinya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan" (lihat juga Qs. Ali Imran:185, Al Anbiya’:35), yang dengan itu kita harus meyakini bahwa memang kita akan mengalami kematian yang kita tidak akan tahu kapan kematian itu akan datang menghampiri kita.

Berita duka cita kerap kali terdengar di telinga kita melalui pengeras suara mushola atau masjid, berita perihal kematian salah satu tetangga di lingkungan tempat tinggal kita. Berita duka cita itu disampaikan diiringi dengan ucapan “Innalillahi wainnailaihi raji'un” yang terjemahannya “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”
(lihat Qs. Al Baqarah:156), kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Entah kapan yang kita tidak bisa mengetahuinya, berita duka cita itu diumumkan untuk nama kita atau nama dari keluarga kita. Tetangga kita semuanya mengucapkan “Innalillahi wainnailaihi roji'un” dan mereka berta’ziah kerumah kita. Setelah dimandikan mereka menshalati kita dengan takbir 4 kali dan juga ikut untuk mengiringi rombongan keluarga ke tempat peristirahatan terakhir kita.

Bagi orang yang beriman dan beramal shalih kematian adalah sesuatu yang tidak akan pernah ditakutinya, karena kematian awal dari dirinya untuk berjumpa dengan sang Maha Pencipta Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikannya semesta nikmat selama ia hidup didunia dan ia senantiasa mensyukurinya, menjalankan perintah dan menjauhkan larangannya yang dengan kata lain ia berusaha menjadi hamba-hamba rabbani yang tersemat didalam dirinya ketaqwaan dan penuh dengan keikhlasan. Dan bagi orang yang beriman dan beramal shalih itu Allah menyebut mereka Khairul Bariyah (sebaik-baik
makhluk) dan dijanjikan balasan syurga yaitu syurga ‘Adn dan mereka kekal didalamnya (Qs. Al Bayyinah:7-8). Tetapi sebaliknya, mereka yang memilih kekafiran dan melakukan kemusyrikan sewaktu hidup didunia Allah menyebut mereka Syarul Bariyah (seburuk-buruk makhluk) dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka jahanam selama-lamanya. (Qs. Al Bayyinah:6)

Bagi mereka yang jauh dari perintah Allah dan tidak menjalankan perintah Nya, asyik terlena dengan fatamorgana dunia, mereka menunda-nunda untuk bertaubat dan tidak bergegas untuk kembali ke jalan Nya, maka sungguh mereka termasuk orang-orang yang merugi yang telah menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah SWT, yang seharusnya untuk melakukan ibadah kepada-Nya. (Qs. Al Ashr:1-5)

Dan ketika mereka mendengar tentang kematian mereka akan merasa takut, mereka tidak siap ketika ajal akan menjemput. Tetapi sesungguhnya ketika keputusan Allah telah datang bahwa kita akan mati pada detik ini juga, maka kita tidak akan bisa menolaknya. Seperti yang Allah firmankan di dalam Al Qur’an Surat Al Munafiqun:11 yang artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya….”

Ketika kita sudah menjumpai ajal berarti sudah selesai perjalanan hidup kita di alam dunia dan tinggal kita tunggu waktu Allah SWT akan menghitung amalan-amalan kita selama hidup didunia. Kita tidak bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan dan sungguh amat menyesal mereka yang lalai dan hanya memperturutkan hawa nafsunya ketika berada di didunia.

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ (Qs. Al-Furqan:27)

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Qs. Al Baqarah:167)

Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman. (Qs. Asy Syu'araa':102)

Jangan sampai ajal yang telah Allah tentukan kepada kita mendahului taubat yang sering kita tunda-tunda, kita tidak bersegera untuk kembali ke jalan-Nya. Maka ketika ajal mendahului taubat, tidak ada lagi waktu dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk kembali hidup didunia untuk menebus kesalahan dan kekeliruan yang telah kita perbuat. Semoga kita adalah hamba yang senantiasa bertaubat atas kesalahan yang terlakukan dengan “Taubatan Nashuha” dan Allah SWT berkenan menerima akan taubat kita.
Amin.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (Qs. At Tahrim:8)

“…Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(Qs. At-Taubah:118)

Wallahu a’lam bishshawab

Jangan Jauhi Masjid

Jangan Jauhi Masjid


Pernah ada tetangga yang sering pindah-pindah rumah hanya karena tidak ingin dekat dengan masjid. "Suara adzan berisik, sering mengganggu waktu tidur kami," ujarnya. Masya Allah, ada orang, bahkan satu keluarga yang mengaku muslim namun merasa sering terganggu dengan suara adzan dari masjid.

Tetapi mungkin Allah masih tetap ingin memberinya hidayah kepadanya, karena beberapa kali berpindah rumah ia selalu mendapatkan rumah yang tidak jauh dari masjid. Bahkan pernah sekali rumahnya bersebelahan dengan masjid. Pernah juga di rumah yang lain yang mulanya ia cukup senang karena sangat jauh dari masjid, eh tidak lama kemudian masyarakat setempat beramai-ramai membangun masjid. Dan letaknya, justru hanya beberapa langkah saja dari rumah keluarga yang ingin menjauhi masjid.

Beruntung, hidayah Allah benar-benar menembus. Keluarga ini kemudian perlahan-lahan mulai menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa jauh dari masjid selama masih tinggal di Indonesia, negeri yang mayoritas memeluk agama Islam. Satu persatu anggota keluarga ini menjadi bagian dari jamaah masjid di dekat rumahnya.

Ada lagi yang tidak separah keluarga di atas. Mereka rajin sholat, namun lebih suka di rumah. Banyak alasan yang dipakai, mulai dari jarak yang lumayan jauh sampai pada persoalan perbedaan tata cara ibadah semisal subuh pakai qunut atau tidak, sholat jum’at adzan dua kali atau sekali. Ada lagi alasan tidak ke masjid karena menganggap masjid itu miliki golongan tertentu, sedangkan ia berada di barisan yang berbeda. Tapi yang paling banyak dipakai adalah alasan yang dibuat-buat alias malas ke masjid.

Buat orang-orang sibuk yang bekerja sejak pagi hingga malam, masih dimaklumi jika tidak sempat menyambangi masjid di lingkungannya. Toh, di waktu dzuhur dan ashar ia pun sholat di masjid di kantornya. Begitu pula waktu maghrib dan isya, ada yang bertemu masjid di perjalanan pulang dan mereka mampir untuk bertemu Allah, tidak sedikit pula yang memutuskan pulang ke rumah sesudah sholat maghrib. Intinya, tetap ke masjid.

Tetapi, bagaimana pun fungsi masjid tak sebatas tempat beribadah mahdhah saja, masjid juga memiliki fungsi sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Fungsi sosial misalnya, silaturahim tetap harus dijaga di antara warga yang tinggal di sebuah lingkungan. Karena sepanjang waktu habis dipakai untuk bekerja, maka shubuh merupakan satu-satunya waktu untuk tetap menyambung silaturahim itu. Atau di hari libur, kita bisa lebih sering bertatap muka dengan jamaah lainnya. Jika kita tidak sempat bertamu ke tetangga, masjid bisa memfasilitasi pertemuan dengan banyak warga tanpa harus berkunjung satu persatu ke rumah tetangga.

Sayang sekali, jumlah masjid yang sangat banyak tumbuh di negeri ini tidak diimbangi dengan semangat untuk memanfaatkannya. Saya masih ingat ketika masih tinggal di Tangerang, ada semangat luar biasa dari warga untuk membangun masjid bersama-sama hanya karena mendengar isu lahan kosong itu hendak didirikan bangunan ibadah ummat beragama lain. Tetapi ketika masjid itu sudah berdiri tegak, kita tak ramai-ramai menegakkan ibadah di dalamnya.

Ada orang-orang yang memanfaatkan masjid hanya pada moment tertentu, seperti pernikahan. Saat sepasang lelaki dan perempuan memulai hidup baru, mengikat janji setia. Indah sekali, sebuah ikatan sakral yang dilakukan di dalam masjid disaksikan ratusan pasang mata dari keluarga, kerabat, sahabat serta tamu undangan. Tidak hanya itu, Allah dan para malaikat pun menyaksikan prosesi penyatuan dua insan itu.

Sesudah itu, kita lupa lagi dengan masjid. Lupa bahwa di masjid lah kita memulai hidup baru, dan terlebih lupa pula bahwa di masjid pula lah kita akan mampir sejenak setelah kehidupan berakhir. Ini ingatan untuk diri pribadi agar tak menjauhi masjid, sebab saya tak ingin orang-orang tak berkenan hadir untuk menyolatkan jenazah saya di masjid karena saya dianggap bukan bagian dari jamaah masjid.