Tuesday, November 10, 2009

Ketakutan untuk berbicara di depan umum

Ketakutan untuk berbicara di depan umum

Ketakutan untuk berbicara di depan umum sebetulnya tidak berdasar, karena berbicara di depan umum tidak mengancam nyawa dan tubuh kita. Namun banyak orang yang merasa ngeri berbicara di depan orang banyak dan akan melakukan apa saja untuk menghindarinya.
Untuk itu, Judith E. Pearson, Ph.D., DTM, memberikan penjelasan tentang rasa takut berbicara di depan umum berdasarkan 20 tahun pengalamannya sebagai seorang Life Coach terapis berbasis Neuro-Linguistic Programming dan hipnoterapi di Springfield, Virginia. Beliau juga adalah anggota dari Galloping Governors Toastmasters Club.
Judith menyimpulkan tiga bentuk utama rasa takut berbicara di depan umum:
1. “It’s all about me”;
2. Kegagalan parah di masa lalu; dan
3. Selalu berpikir akan melakukan kesalahan di muka umum.
Langkah pertama yang diambil Judith sebagai terapis adalah membantu merubah cara pikir client-nya. Proses ini biasa disebut reframing. Menurutnya, bila sudah dapat membuat seseorang memandang ketakutan berbicara di depan umum dengan cara yang berbeda, maka akan mudah untuk merubah perilaku dan emosinya.
“It’s All about Me”
Banyak orang beranggapan bahwa ketika banyak mata mengarah padanya, mereka seperti sedang dihakimi. Mereka biasanya berkata, “saya menjadi begitu gugup sehingga saya tidak bisa berhenti berpikir betapa gugupnya saya, dan betapa setiap orang sedang menatap saya, dan betapa bodohnya saya di mata mereka.”
Judith selalu membenarkan adanya rasa takut itu kepada kliennya. Lalu beliau akan berkata:

“Bila anda berpikir bahwa semua ini adalah mengenai anda, maka anda memiliki pendekatan tentang berbicara di depan umum yang keliru. Semua ini bukan mengenai anda. Namun mengenai audiens dan pesan yang anda ingin sampaikan kepada mereka. Mereka di sana bukan untuk menghakimi anda. Mereka di sana ingin mendapatkan pesan yang akan disampaikan, dan mereka sebetulnya tidak perduli dengan orang yang menyampaikan pesan tersebut. Mereka hadir dengan tujuan mendapatkan informasi, pelajaran, inspirasi, dan hiburan. Berhenti berpikir tentang diri anda saja dan mulai berpikir tentang mereka. Berhentilah beranggapan seolah anda adalah terpidana mati di depan regu tembak, dan mulailah berpikir sebagai seseorang yang memiliki sesuatu yang berharga untuk disampaikan kepada mereka yang ingin mendengarkan. Ketika anda mulai fokus pada kebutuhan audiens, dan melepaskan pikiran dari diri anda sendiri, rasa gugup anda nantinya pasti akan hilang.”

Kegagalan Parah di Masa Lalu

Banyak juga orang yang percaya bahwa mereka ditakutkan oleh pengalaman masa lalu yang memalukan – peristiwa yang telah terjadi di depan orang banyak – terkadang terjadi di masa kecil mereka. Bagi mereka, peristiwa tersebut menciptakan rasa takut berlebihan terhadap pemikiran menjadi pusat perhatian.
Akui bahwa setiap hal yang memalukan adalah siksaan yang amat buruk. Kemudian, katakan pada mereka:
“Pertama, tidak seorang pun berencana untuk gagal, dan anda tidak selalu dapat mengendalikan setiap situasi. Kedua, anda telah melewati peristiwa itu sehingga anda memiliki kesempatan lain untuk menerima tantangan baru. Ketiga, peristiwa tersebut adalah di masa lalu dan memang sudah berlalu, sehingga tidak mungkin akan terjadi peristiwa yang persis sama. Maka selanjutnya adalah terserah anda. Bila anda tetap fokus pada peristiwa mengerikan di masa lalu, maka kesempatan untuk berhasil akan hilang. Ambillah pelajaran dari peristiwa itu dan gunakan untuk melakukan dengan lebih baik di masa datang. Kegagalan bukan menjadi alasan untuk berhenti. Setiap kegagalan yang kita jumpai memberikan informasi berharga untuk perbaikan di masa depan. Anda akan memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan hanya bila anda focus pada kelebihan dan keberhasilan-keberhasilan anda.”
Selalu Berpikir akan Melakukan Kesalahan di Muka Umum
Judith selalu mengatakan kepada kliennya bahwa rasa takut membuat kesalahan adalah seperti satu sisi dari uang logam. Sisi lainnya adalah rasa hasrat yang besar untuk berhasil dan memberikan kesan yang baik. Kemudian beliau menambahkan bahwa rasa gugup dan takut tidak akan memberikan kesan yang baik. Beliau melanjutkan:
”Kunci utama untuk berbicara di muka umum adalah dengan berlatih. Berlatih akan memperkecil kesalahan. Kunci lainnya adalah mendapatkan umpan balik dari orang lain. Forum-forum semacam Toastmasters adalah tempat yang sangat tepat untuk berlatih karena evaluator anda akan selalu dapat menunjukan hal-hal yang dapat anda tingkatkan.

Agar bisa berdamai dengan rasa takut melakukan kesalahan, paling baik adalah dengan cara mengakui kenyataan bahwa kesalahan bisa saja terjadi, bahkan kepada pembicara yang paling terampil. Dan yang penting adalah apa yang anda lakukan terhadap kesalan tersebut. Semakin anda menunjukan ketidaknyamanan terhadap kesalahan yang terjadi, semakin besar pula kemungkinan audiens anda mengetahuinya.
Cara untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan mempelajari kesalahan anda tenang tenang, ambil tindakan perbaikan yang diperlukan, kembali tenang, fokus pada apa yang akan anda ingin ucapkan selanjutnya, dan seterusnya. Lupakan kesalahan yang terjadi, dan lanjutkan dengan materi presentasi anda. Audiens akan melupakannya. Banyak pendengar akan mengagumi cara anda melanjutkan presentasi dengan tenang, dan mungkin mereka akan merasa lega mengetahui bahwa anda ternyata juga manusia yang dapat membuat kesalahan. Rahasia menjadi pembicara hebat adalah mampu memberi ruang terhadap kesalahan dan juga mampu memperbaikinya, secepatnya.”
Setiap kali Judith melakuka reframing di atas terhadap kliennya, mereka menjadi takjub dan berkata, “wah, saya gak pernah sampai berpikir seperti itu!”.
Apabila kita dihadapi oleh tuntutan untuk berbicara di depan umum dan muncul rasa takut dan khawatir, coba dengan melakukan reframing seperti contoh-contoh di atas. Anda bisa saja melakukan modifikasi sehingga menemukan kalimat reframing yang paling dapat merubah cara pandang anda mengenai berbicara di muka umum.