Sunday, December 13, 2009

Masalah Suka Atau Tidak Suka

Masalah Suka Atau Tidak Suka

Posted by: "David Sofyan"


Tradisi pengajian di kampung atau pedesaan biasanya dilaksanakan pada malam jum'at, kebiasaan tersebut juga telah memasuki kota-kota besar seperti Jakarta. Tetapi tidak semua tempat memiliki jadwal seperti itu, ada juga yang dilakukan pada malam lain tetapi memang jarang yang dilakukan pada malam minggu kecuali yang bersifat massal atau paling tidak berkelanjutan sampai qiamul lail. dan diteruskan dengan sholat shubuh berjama'ah. Tetapi pengajian seperti itu juga tidak menjadi rutinitas mingguan, mungkin hanya bulanan atau triwulan atau bahkan tahunan. Apapun bentuk pengajiannya, tentulah semua diperuntukan bagi peningkatan kualitas ilmu dan ahlak jama'ah.

Untuk masalah taddabur Qur'an kami biasanya merapat pada sisi ustadz Abbas setiap malam rabu, tidak banyak memang, hanya beberapa gelintir manusia yang terlihat, gak tahu juga kalo ada mahluk lain yang ikut serta. Kebiasaan melihat sebelah mata dengan hanya memilih mengaji pada ustadz-ustadz tertentu banyak ditemui justru pada para pemuda dan pemula. Sifat idealisme yang ada pada diri mereka mungkin turut andil dalam memilih ustadz yang disesuaikan dengan selera, bak menu makanan cepat saji. Jika demikian halnya maka munculnya ustadz-ustadz instant juga tidak bisa disalahkan, karena sama-sama kita maklumi bahwa dimana ada permintaan disana ada penawaran.

" gak usah kesanalah, Qur'an dan hadistnya ditelan mentah-mentah gak di kaji secara mendalam" kata seorang teman ketika kami hendak mencari alternatif pengajian lain diluar malam rabu. " Taunya gak dikaji secara mendalam dari mana?" tanya saya. Kita bisa mengukur sesuatu jika kita mengetahui standarisasi ukuran, jika tidak itu sama seperti bualan. " apakah kamu tahu yang lebih dalam dari yang mereka kaji sehingga bisa berkesimpulan seperti itu atau hanya tidak setuju dengan kesimpulan mereka sehingga menganggap mereka kurang dalam ?" saya meneruskan pertanyaan kepada rekan saya tersebut. Dia hanya cengengesan " gak tau juga cuma gak suka saja dengan penyampaiannya " sahut teman tersebut semakin memperjelas pokok permasalahannya.

Suka atau tidak suka memang sangat mempengaruhi predikat layak atau tidak layak seseorang dimata yang menilai. Kecintaannya terhadap pengajiannya bisa membuat pengajian lain tampak buruk dimatanya. Walaupun sudah sering kita dengar, bahkan berkali-kali kita kaji bahwa seluruh apa yang telah kita pelajari harus merubah ahlak kita menjadi lebih baik walaupun kita akan dianggap lebih bodoh oleh orang lain. Manfaat terbaik yang bisa diambil dari sebuah pohon adalah buah dan daunnya bukan hanya keindahan bentuknya.

Thursday, December 10, 2009

Jilbab Dalam Al Quran dan Jilbab Zaman Sekarang

Jilbab Dalam Al Quran dan Jilbab Zaman Sekarang


A. Pendahuluan
Ketika masyarakat kita mengenal kata 'jilbab' (dalam bahasa indonesia) maka yang dimaksud adalah penutup kepala dan leher bagi wanita muslimah yang dipakai secara khusus dan dalam bentuk yang khusus pula. Lalu bagaimanakah kata 'jilbab' muncul dan digunakan dalam masyarakat arab khususnya pada masa turunya Al Quran kepada Nabi Muhammad Saw dalam surat Al Ahzaab ayat 56 (?). Apa yang dimaksudkan Al Quran dengan kata 'jalabiib' bentuk jamak (plural) dari kata jilbab pada saat ayat kata itu digunakan dalam Al Quran pertama kali(?) Sudah samakah arti dan hukum memakai jilbab dalam Al Quran dan jilbab yang dikenal masyarakat Indonesia sekarang(?).

Selain kata jalabiib (jamak dari 'jilbab'), Al Quran juga memakai kata-kata lain yang maknanya hampir sama dengan kata 'jilbab' dalam bahasa Indonesia, seperti kata khumur (penutup kepala) dan hijab (penutup secara umum), lalu bagaimana kata-kata serupa dalam ayat-ayat Al Quran tersebut diterjemahkaan dipahami dalam bahasa syara` (agama) oleh para shahabat Nabi dan ulama` selanjutnya.

Oleh karena itu kita tidak akan tahu pandangan syara` terhadap hukum suatu permasalahan kecuali setelah tahu maksud dan bentuk kongkrit serta jelas dari permasalahan itu, maka untuk mengetahui hukum memakai jilbabterlebih dahulu harus memahami yang di maksud dengan jilbab itu sendiri secara benar dan sesuai yang dikehendaki Al Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan bangsa arab saat itu.

Salah satu dimensi i`jaz (kemukjizatan) Al Quran adalah kata-kata yang dipakai Al Quran sering menggunakan arti kiyasan atau dalam sastra arab disebut majaz (penggunaan satu kata untuk arti lain yang bukan aslinya karena keduanya saling terkait), hal ini menimbilkan benih perbedaan, begitu pula kata-kata dalam nash-nash (teks-teks) Hadist dan bahasa arab keseharian, oleh karena itu tidak jarang bila perselisian antara ulama-ulama Islam dalam satu masalah terjadi disebabkan oleh hal di atas, dan yang demikian itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh dan bisa mengurangi kesucian atau keautentikan teks-teks Al Quran, tapi sebaliknya.

Mungkin kita juga pernah mendengar wacana kalau berjilbab maka harus menutup dada, lalu bagaimana kalau jilbabnya berukuran kecil dan tidak panjang ke dada dan lengan, apakah muslimah yang memakainya belum terhitung melaksanakan seruan perintah agama dalam Al Quran itu sebab tidak ada bedanya antara dia dan wanita yang belum memakai jilbab sama sekali, apakah sama dengan wanita yang membuka auratnya (bagian badan yang wajib di tutup dan haram di lihat selain mahram). Benarkah presepsi atau pemahaman yang demikian(?). Apa seperti itu Al Qur an memerintahkan(?)

B. Jilbab
Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani.

Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.

Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad Saw sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yangberbeda.

Namun yang lebih penting ketika kita ingin memahami hukum memakai jilbab adalah kita harus memahami kata jilbab yang di maksudkan syara`(agama), Shalat lima kali bisa dikatakan wajib hukumnya kalau diartikan shalat menurut istilah syara`, lain halnya bila shalat diartikan atau dimaksudkan dengan berdoa atau mengayunkan badan seperti arti shalat dari sisi etemologinya.
Allah Swt dalam Al Quran berfirman:

عليهن منياايهاالنبى قل لأزواجك وبناتك ونساءالمؤمنين يدنين جلابيبهن ذلك أدني أن يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفورارحيما (الأحزاب 59)

Artinya:Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang. (Al Ahzab.59).

Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang) dan para budak wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan) keluar bersama-sama tanpa ada suatu yang membedakan antara keduanya, sementara madinah pada masa itu masih banyak orang-orang fasiq (suka berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika diperingatkan mereka (orang fasiq) itu menjawab kami mengira mereka (wanita-wanita yang keluar) adalah para budak wanita sehingga turunlah ayat di atas bertujuan memberi identitas yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui pakaian jilbab.

Hal ini bukan berarti Islam membolehkan untuk mengganggu budak pada masa itu, Islam memandang wanita merdeka lebih berhak untuk diberi penghormatan yang lebih dari para budak dan sekaligus memerintahkan untuk lebih menutup badan dari penglihatan dan gangguan orang-orang fasiq sementara budak yang masih sering disibukkan dengan kerja dan membantu majikannya lebih diberi kebebasan dalam berpakaian.

Ketika wanita anshar (wanita muslimah asli Makkah yang berhijrah ke Madinah) mendengar ayat ini turun maka dengan cepat dan serempak mereka kelihatan berjalan tenang seakan burung gagak yang hitam sedang di atas kepala mereka, yakni tenang -tidak melenggang- dan dari atas kelihatan hitam dengan jilbab hitam yang dipakainya di atas kepala mereka.

Ayat ini terletak dalam Al Quran setelah larangan menyakiti orang-orang mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab), sebab berjilbab paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada wanita yang diharamkan oleh agama, dan sudah menjadi fitrah manusia, dipandang dengan baik oleh orang lain adalah lebih menyenangkan hati dan tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila pandangan itu tidak baik maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang juga yang melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para wanita lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri maka itu adalah kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini mungkin dan dibuang jauh jauh terlebih dahulu sebelum seorang wanita berbicara kewajiban berjilbab.

C. Cara memakai jilbab

1. Cara memaki jilbab dengan arti aslinya yaitu sebelum diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baku, adalah aturan yang mana para shahabat dan ulama` berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat Al Quran di atas. Perbedaan cara memakai jilbab antara shahabat dan juga antara ulama itu disebab bagaimana idnaa`ul jilbab (melabuhkan jilbab atau melepasnya) yang ada dalam ayat itu. Ibnu Mas`ud dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas menjelaskan cara yang diterangkan Al Quran dengan kata idnaa` yaitu dengan menutup semua wajah kecuali satu mata untuk melihat, sedangkan shahabat Qotadah dan riwayat Ibnu Abbas yang lain mengatakan bahwa cara memakainya yaitu dengan menutup dahi atau kening, hidung, dengan kedua mata tetap terbuka. Adapun Al Hasan berpendapat bahwa memaki jilbab yang disebut dalam Al Quran adalah dengan menutup separuh muka, beliau tidak menjelaskan bagian separuh yang mana yang ditutup dan yang dibuka ataukah tidak menutup muka sama sekali.

Dari perbedaan pemahaman shahabat seputar ayat di atas itu muncul pendapat ulama yang mewajibkan memaki niqob atau burqo` (cadar) karena semua badan wanita adalah aurat (bagian badan yang wajib ditutup) seperti Abdul Aziz bin Baz Mufti Arab Saudi, Abu Al a`la Al maududi di Pakistan dan tidak sedikit Ulama`-ulama` Turky, India dan Mesir yang mewajibkan bagi wanita muslimah untuk memakai cadar yang menutup muka, Hal di atas sebagaimana yang ditulis oleh Dr.Yusuf Qardlawi dalam Fatawa Muashirah, namun beliau sendiri juga mempunyai pendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah tidak aurat yang harus ditutup di depan laki-laki lain yang bukan mahram (laki-laki yang boleh menikahinya), beliau juga menegaskan bahwa pendapat itu bukan pendapatnya sendiri melainkan ada beberapa Ulama` yang berpendapat sama, seperti Nashiruddin Al Albani dan mayoritas Ulama`-ulama` Al Azhar, Qardlawi juga berpendapat memakai niqob atau burqo`(cadar) adalah kesadaran beragama yang tinggi yang man bila dipaksakan kepada orang lain, maka pemaksaan itu dinilainya kurang baik, sebab wanita yang tidak menutup wajahnya dengan cadar juga mengikuti ijtihad Ulama` yang kredibelitas dalam berijtihadnya dipertanggung jawabkan.

Sedangkan empat Madzhab, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan Hanabila berpendapat bahwa wajah wanita tidaklah aurat yang wajib ditutupi di depan laki-laki lain bila sekira tidak ditakutkan terjadi fitnah jinsiyah (godaan seksual), menggugah nafsu seks laki-laki yang melihat. Sedangkan Syafi`iyah juga ada yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah aurat (bagian yang wajib ditutup) seperti yang ada dalam kitab Madzahibul Arba`ah, diperbolehkannya membuka telapak tangan dan wajah bagi wanita menurut mereka disebabkan wanita tidak bisa tidak tertuntut untuk berinteraksi dengan masyarak sekitarnya baik dengan jual beli, syahadah (persaksian sebuah kasus), berdakwah kepada masyarakatnya dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak akan sempurnah terlaksana apabila tidak terbuka dan kelihatan.

Ringkasnya, para ulama Islam salafy (klasik)sampai yang muashir (moderen)masih berselisih dalam hal tersebut di atas. Bagi muslimah boleh memilih pendapat yang menurut dia adalah yang paling benar dan autentik juga dengan mempertimbangkan hal lain yang lebih bermanfaat dan penting dibanding hanya menutup wajah yang hanya bertujuan menghindari fitnah jinsiyah yang masih belum bisa dipastikan bahwa hal itu memang disebabkan membuka wajah dan telapak tangan saja.

II. Imam Zamahsyari dalam Al Kasysyaf menyebutkan cara lain memakai jilbab menurut para ulama`yaitu dengan menutup bagian atas mulai dari alis mata dan memutarkan kain itu untuk menutup hidung, jadi yang kelihatan adalah kedua mata dan sekitarnya. Cara lain yaitu menutup salah satu mata dan kening dan menampakkan sebelah mata saja, cara ini lebih rapat dan lebihbisa menutupi dari pada cara yang tadi. Cara selanjutnya yang disebutkan oleh Imam Zamahsyari adalah dengan menutup wajah, dada dan memanjangkan kain jilbab itu ke bawah, dalam hal ini jilbab haruslah panjang dan tidak cukup kalau hanya menutup kepala dan leher saja tapi harus juga dada dan badan, Cara-cara di atas adalah pendapat Ulama` dalam menginterpretasikan ayat Al Qur an atau lebih tepatnya ketika menafsirkan kata idnaa`(melabuhkan jilbab atau melepasnya kebawah).

Nah,mungkin dari sinilah muncul pendapat bahwa berjilbab atau menutup kepala harus dengan kain yang panjang dan bisa menutup dada lengan dan badan selain ada baju yang sudah menutupinya, karena jilbab menurut Ibnu Abbas adalah kain panjang yang menutup semua badan, maka bila seorang wanita muslimah hanya memaki tutup kepala yang relatif kecil ukurannya yang hanya menutup kepala saja maka dia masih belum dikatakan berjilbab dan masih berdosa karena belum sempurnah dalam berjilbab seperti yang diperintahkan agama.

Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam memenuhi seruan agama sebab banyak ulama` yang tidak mengharuskan cara yang demikian. Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama` dan menyalahkan yang lain karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar menurut Allah Swt) yang benar menurut Allah swt akan mendapat dua pahala, pahala ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-syaratnya. Adalah sebuah kesalah yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al Quran dan Hadist atau Ijma`.

Para Ulama` sepakat bahwa menutup aurat cukup dengan kain yang tidak transparan sehingga warna kulit tidak tampak dari luar dan juga tidak ketat yang membentuk lekuk tubuh, sebab pakaian yang ketat atau yang transparan demikian tidak bisa mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual)bagi laki-laki yang memandang secara sengaja atau tidak sengaja bahkan justru sebaliknya lebih merangsang terjadinya hal tersebut, atas dasar itulah para ulama` sepakat berpendapat bahwa kain atau model pakaian yang demikian itu belum bisa digunakan menutup aurat, seperti yang dikehendaki Syariat dan Maqasidnya (tujuan penetapan suatu hukum agama) yaitu menghindari fitnah jinsiyah (godaan seksual) yang di sebabkan perempuan.

Selanjutnya kalau kita mengkaji sebab diturunkannya ayat di atas yaitu ketika orang-orang fasiq mengganggu wanita-wanita merdeka dengan berdalih tidak bisa membedakan wanita-wanita merdeka itu dari wanita-wanita budak (wanita yang bisa dimiliki dan diperjual belikan), maka kalau sebab yang demikian sudah tidak ada lagi pada masa sekarang, karena memang sedah tidak ada budak, maka itu berarti menutup dengan cara idnaa` melabuhkan ke dada dan sekitarnya agar supaya bisa dibedakan antara mereka juga sudah tidak diwajibkan lagi, adapun kalau di sana masih ada yang melakukan cara demikian dengan alasan untuk lebih berhati-hati dan berjaga-jaga dalam mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) maka adalah itu masuk dalam katagori sunnat dan tidak sampai kepada kewajiban yang harus dilaksanakan.
Namun bisa jadi ketika jilbab sudah memasyarakat sehingga banyak wanita berjilbab terlihat di mall, pasar, kantor, kampus dan lain sebagainya, namun cara mereka sudah tidak sesuai lagi dengan yang diajarkan agama, misalnya tidak sempurna bisa menutup rambut atau dengan membuka sebagian leher. Atau ada sebab lain, misalnya berjilbab hanya mengikuti trend atau untuk memikat laki-laki yang haram baginya atau disebabkan para muslimah yang berjilbab masih sering melanggar ajaran agama di tempat-tempat umum yang demikian itu bisa mengurangi dan bahkan menghancurkan wacana keluhuran dan kesucian Islam, sehingga dibutuhkan sudah saatnya dibutuhkan kelmbali adanya pilar pembeda antara yang berjilbab dengan rasa kesadaran penuh atas perintah Allah Swt dalam Al Quran dari para wanita muslimah yang hanya memakai jilbab karena hal-hal di atas tanpa memahami nilai berjilbab itu sendiri.

Mungkin di saat seperti itulah memakai jilbab dengan cara melabuhkan ke dada dan sekitarnya diwajibkan untuk mejadi pilar pembeda antara jilbab yang ngetrend dan tidak islami dari yang berjilbab yang islami dan ngetrend serta mengedepankan nilai jilbab dan tujuan disyariatkannya jilbab itu.

Asy Syaih Athiyah Shoqor (Ulama` ternama Mesir) ketika ditanya hukum seorang wanita yang cuma mengenakan penutup kepala yang bisa menutup rambut dan leher saja tanpa memanjangkan kain penutup itu ke dada dan sekitarnya, beliau menjawab dengan membagi permasalahan menutup aurat (kepala) itu menjadi tiga :

1. Khimar (kerudung) yaitu segala bentuk penutup kepala wanita baik itu yang panjang menutup kepala dada dan badan wanita atau yang hanya rambut dan leher saja.
2.
Niqob atau burqo`(cadar) yaitu kain penutup wajah wanita dan ini sudah ada dan dikenal dari zaman sebelum Islam datang seperti yang tertulis di surat kejadian dalam kitab Injil. Namun kata beliau ini juga kadang disebut Khimar
3.
Hijab (tutup) yaitu semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) baik dengan menahan pandangan, tidak mengubah intonasi suara bicara wanita supaya terdengan lebih menarik dan menggugah, menutup aurat dan lain sebagainya, semuanya ini dinamankan hijab bagi wanita


Nah untuk jilbab atau penutup kepala yang hanya menutup rambut dan leher serta tidak ada sedikitpun cela yang menampakkan kulit wanita, maka itu adalah batas minimal dalam menutup aurat wanita.adapun apabila melabuhkan kain penutup kepala ke bawah bagian dada dan sekitarnya maka itu termasuk hukum sunat yang tidak harus dilakukan dan dilarang untuk dipaksakan pada orang lain.

Beliau juga menambahkan apabila fitnah jinsiyah itu lebih dimungkinkan dengan terbukanya wajah seorang wanita sebab terlalu cantik dan banyak mata yang memandang maka menutup wajah itu adalah wajib baginya, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan selanjutnya, dan bila kecantikan wajah wanita itu dalam stara rata-rata atau menengah ke bawah maka menutupnya adalah sunat.

Mungkin yang difatwakan oleh beliau inilah jalan keluar terbaik untuk mencapai kebenaran dan jalan tengah menempuh kesepakatan dalam masalah manutup wajah wanita dan berjilbab yang dari dulu sampai sekarang masih di persengketakan ulama` tentang cara, wajib dan tidak wajibnya.


D. Khimar (kerudung)
Al Quran juga datang dengan kata lain selain kata jilbab dalam mengutarakan penutup kepala sebagaimana yang termaktub dalam

An Nuur .31
وقل للمؤمنات ييغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولايبدين زينتهن الاماظهرمنهاوليضربن بخمرهن على جيونهن....(النور.31)

Artinya: Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman:Hendaklah mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya,dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya, dan hendaklan mereka menutupkan kain kudung di dadanya..(An Nuur. 31)

Kata Khumur dalam penggalan ayat di atas bentuk jama`(plural) dari kata Khimar yang biasa diartikan dalam bahasa indonesia sebagai kerudung yang tidak lebar dan tidak panjang, sedang kalau kita melihat arti sebenarnya ketika Al Quran itu datang kepada Nabi Muhammad Saw maka Mufassirin (ulama ahli tafsir Al Quran) berbeda pendapat dan kita akan melihat sedikit reduksi atau penyempitan arti dari arti pada waktu itu. Imam Qurthubi menterjemahkan khumur secara lebih luas, yaitu semua yang menutupi kepala wanita baik itu panjang atau tidak, begitu juga dengan Imam Al Alusiy beliau menterjemahkannya dengan kata miqna`ah yang berarti tutup kepala juga, tanpa menjelaskan bentuknya panjang atau lebarnya secara kongkrit.

Ayat Al Quran di atas memerintahkan untuk memanjangkan kain penutup itu ke bagian dada yang di ambil dari kata juyuub (saku-saku baju) sehingga kalau wanita hanya memakai penutup kepala tanpa memanjangkannya ke bagian dada maka dia masih belum melaksanakan perintah ayat di atas, dengan kata lain penutup kepala menurut ayat di atas haruslah panjang menutupi dada dan sekitarnya, disamping juga ada baju muslimah yang menutupinya. Namun kalau kita teliti kata juyuub lebih lanjut dan apabila kita juga melihat sebab ayat itu diturunkan maka kita akan menemukan beberapa arti ayat (pendapat) yang dikemukakan oleh mufassir yang berbeda dengan pemahaman di atas.

Kata juyuub dalam ayat di atas juga dibaca jiyuub dalam tujuh bacaan Al Quran yang mendapat legalitas dari umat Islam dan para Ulama` dulu dan sekarang (qira`ah sab`ah), kata juyuub adalah bentuk jama`(plural) dari jaib yang berarti lubang bagian atas dari baju yang menampakkan leher dan pangkal leher. Imam Alusi menjelaskan kata jaib yang diartikan dengan lubangan untuk menaruh uang atau sejenisnya (saku baju) adalah bukan arti yang berlaku dalam pembicaraan orang arab saat Al Quran turun, sebagaimana Ibnu Taimiyah juga berpendapat yang sama, Imam Alusi juga menambahkan lagi dan berkata ¡°tetapi kalaupun diartikan dengan saku juga tidaklah salah¡± dari pembenaran dia bahwa arti jaib adalah saku tadi, Imam Alusiy artinya setuju kalau penutup kepala jilbab, kerudung atau yang lain adalah harus sampai menutup dada, meskipun beliau tidak mengungkapkannya dengan kata-kata yang jelas dan tegas tapi secara implisit beliau tidak menyalahkan pendapat itu.

Imam Bukhari dalam kitab hadist shohihnya manaruh satu bab yang berjudul
(باب جيب القميص من عندالصدروغيره)

Beliau setuju bila kata jaib diartikan dengan lubangan baju untuk menyimpan uang atau semisalnya (saku baju) tetapi sebaliknya Ibnu Hajar dalam Syarah Shahih Bukhariy (buku atau komentar kepada suatu karya tulis seorang pengarang kitab dengan berupa kesetujuan penjelasan atau ketidak setujuan atau menjelaskan maksud pengarang kitab aslinya) yang berjudul Fath Al bari, Ibn Hajar menjelaskan bahwa jaib adalah potongan dari baju sebagai tempat keluarnya kepala, tangan atau yang lain.dan banyak ulama` lain yang sependapat dengan Ibnu Hajar, sedangkan Al Ismaili mengartikan jaib itu dengan lingkaran kera baju.

Pembahasan arti kata jaib ini terasa penting karena letak saku baju tentu lebih di bawah dari pada kera atau lubangan leher baju, selanjutnya apakah penutup kepala yang hanya menutupi leher dan pangkal leher namun belum menutup sampai ke saku baju (yakni bagian dada) apakah sudah memenuhi perintah Allah Swt dalam ayat Al Quran di atas.

Dari arti jaib yang masih dipertentangkan maka arti kata Juyuub di ayat tersebut di atas juga masih belum bisa di temukan titik temunya, saku baju atau lubang kepala.sehingga bila diartikan saku maka menutup kepala dengan jilbab atau kain kerudung tidak cukup dengan yang pendek dan atau kecil tetapi harus panjang dan lebar sehingga bisa menutup tempat saku baju,Dan kalau juyuub dalam ayat di atas di artikan lubang baju untuk leher maka menutup kepala cukup memakai yang bisa menutup keseluruan aurat dengan sempurnah tanpa ada cela yang bisa menampakkan kulit serta tidak harus di panjangkan ke dada.

Namun apabila kita kembali kepada sebab diturunkannya ayat tersebut, seperti yang disebutkan dalam Lubabun Nuqul karya Imam Suyuti yaitu ketika Asma` binti Martsad sedang berada di kebun kormanya, pada saat itu datanglah wanita-wanita masuk tanpa mengenakan penutup (yang sempurna) sehingga tampaklah kaki, dada, dan ujung rambut panjang mereka, lalu berkatalah Asma` sungguh buruk sekali pemandangan ini maka turunlah ayat di atas.

Lebih terang Imam Qurtubi menjelaskan sebab ayat ini diturunkan yaitu karena wanita-wanita pada masa itu ketika metutup kepala maka mereka melepaskan dan membiarkan kain penutup kepala itu ke belakang punggungnya sehingga tidak menutup kepala lagi dan tampaklah leher dan dua telinga tanpa penutup di atasnya, oleh sebab itulah kemudian Allah Swt memerintahkan untuk melabuhkan kain jilbab ke dada sehingga leher dan telinga serta rambut mereka tertutupi, akan tetapi tetapi lebih lanjut Imam Qurtubi menjelaskan cara memakai tutup kepala, yaitu dengan menutupkan kain ke jaib (saku atau lubang leher) sehingga dada mereka juga ikut tertutupi.

Dari kedua sebab turunnya ayat di atas maka tampaknya bisa diambil kesamaan bahwa ayat di atas turun karena aurat (dalam hal ini leher, telinga dan rambut) masih belum tertutup dengan kain kerudung, sehingga turunlah ayat di atas memerintahkan untuk menutupnya, dengan kata lain, memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke jaib (saku atau lubang leher) itu adalah cara untuk menutup aurat yang diterangkan oleh Al Quran sesuai dengan keadaan wanita-wanita masa itu, artinya bila aurat sudah tertutup tanpa harus memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke dada maka perintah memanjangkan itu sudah tidak wajib lagi sebab memanjangkan adalah cara untuk bertujuan memuntup aurat sedang apabila tujuan yang berupa menutup aurat itu sudah tercapai tanpa memanjangkan kain itu ke dada kerana keadaan yang berbeda dan adapt yang tidak sama maka boleh-boleh saja.
Ringkasnya jaib dengan arti lubang leher adalah tafsiran yang sesuai dengan sabab turunnya ayat di atas, dan memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke dada adalah tidak diwajibkan oleh ayat Al Quran di atas, karena yang wajib adalah menutup aurat tanpa ada sedikitpun cela yang menampakkan kulit autar wanita. Wallahu `a`lam bish shawab.

E. Aurat Wanita
Dari ayat di atas pula para ulama` juga berbeda pendapat tentang kaki sampai mata kaki, tangan sampai pegelangan dan wajah dari seorang wanita apakah itu termasuk aurat yang wajib di tutup atukah tidak(?) Yaitu ketika menafsirkan kata ziinah (perhiasan) bagi yang mengartikan dengan perhiasan yang khalqiyah (keidahnya tubuh) seperti kecantikan dan daya tarik seorang wanita, bagi kelompok ini termasuk Imam Al Qaffal kata الاماظهرمنها (kecuali yang tampak darinya) diartikan dengan anggota badan yang tampak dalam kebiasaan dan keseharian masyarakat seperti wajah dan telapak tangan karena menutup keduanya adalah dlorurat (keterpaksaan) yang bila diwajibkan akan bertentangan dengan agama Islam yang diturunkan penuh kemudahan bagi pemeluknya, oleh sebab itu tidak ada perbedaan pendapat dalam hal bolehnya membuka wajah dan telapak tangan (meski sebenarnya dalam madzhab syafi`i masih ada yang berbeda pendapat dalam hal ini, misalnya dalam kitab Azza Zawajir wajah dan telapak tangan wanita merdeka adalah aurat yang tidak boleh dibuka atau dilihat karena melihatnya bisa menimbulkan fitnah jinsiyah (godaan seksual), adapun di dalam shalat maka itu bukan aurat tetapi tetap haram untuk dibuka atau dilihat).

Sedangkan yang menafsirkan kata ziinah (perhiasan) dengan perhiasan yang biasa di pakai wanita, mulai dari yang wajib dipakai seperti baju, pakaian bawah yang lain yang digunakan menutup badan waniti sampai perhiasan yang hanya boleh dipakai wanita seperti pewarna kuku, pewarna telapak tangan, pewarna kulit, kalung, gelang, anting dan lain-lain, maka mereka (mufassir) itu mengartikan kata الاماظهرمنها dengan perhiasan-perhiasan yang biasa tampak seperti cincin, celak mata, pewarna tangan dan yang tidak mungkin untuk ditutup seperti baju, pakaian bawah bagian luar dan jilbab atau kerudung.

Dan adapun telapak kaki maka tidak termasuk yang boleh di buka karena keterpaksaan untuk membukanya dianggap tidak ada, namun yang lebih shahih (benar) menurut Imam Ar Rozi dalam tafsirnya hukum menampakkan cincin, gelang, pewarna tangan, kuku, dst adalah seperti hukum membuka kaki yaitu haram untuk dibuka sebab tidak ada kebutuhan yang memaksa untuk boleh membukanya menurut agama. Semua hal di atas adalah di luar waktu melaksanakan shalat dan selain wanita budak (wanita yang bisa dimiliki dan diperjual belikan) yaitu wanita muslimah zaman sekarang.

Adapun waktu melaksakan shalat, Madzhab Hanafi berpendapat kalau semua badan wanita adalah aurat dan termasuk di dalamnya adalah rambut yang memanjang di samping telinga kecuali telapak tangan dan bagian atas dari telapak kaki. Madzhab Syafi`i berpendapat yang sama yaitu semua anggota badan wanita ketika shalat adalah aurat yang wajib ditutup kecuali wajah telapak tangan dan telapak kaki yang dalam (yang putih). Madzhab Hambali mengecualikan wajah saja selain itu semuanya aurat termasuk telapak tangan dan kaki.

Sedangkan ulama-ulama madzhab Maliki menjelaskan bahwa dalam shalat aurat laki-laki, wanita merdeka dan budak, terbagi menjadi dua:
1.
Aurat mugalladhah (berat), untuk laki-laki aurat ini adalah dua kemaluan depan dan belakang, sedangkan bagi wanita merdeka aurat ini adalah semua badan kecuali tangan, kaki, kepala dada dan sekitarnya (bagian belakangnya)
2. Aurat mukhaffafah (ringan), aurat ini untuk laki-laki adalah selain mugalladhah yang berada diantara pusar dan lutut, sedang untuk wanita merdeka adalah tangan, kaki, kepala, dada dan bagian belakangnya, dua lengan tangan, leher, kepala, dari lutut sampai akhir telapak kaki dan adapun wajah dan kedua telapak tangan (luar atau dalam) tidak termasuk aurat wanita dalam shalat baik yang mugalladhah atau yang mukhaffafah. Untuk wanita budak aurat ini adalah sebagaimana laki-laki namun di tambah pantat dan sekitarnya dan kemaluan, vulva dan bagian yang ditumbuhi rambut kemaluan itu.


Ulama-ulama madzhab Maliki juga menjelaskan bahwa apabila seorang melakukan shalat dengan tidak menutup aurat mugalladhah meskipun hanya sedikit dan dia mampu menutupnya baik membeli kain penutup atau meminjam (tidak wajib menerima penutup aurat bila penutup aurat itu diberikan dengan cara hibah pemberian murni) maka shalat yang demikian hukumnya adalah tidak sah dan batal dan apabila dia ingat kewajiban untuk menutup aurat itu maka wajib baginya untuk mengulang shalatnya ketiak dia telah siap melaksakan shalat dengan menutup aurat mugalladhah itu.

Sedangkan bila aurat mukhaffafah saja yang terbuka semua atau sebagiannya maka shalatnya tetap sah, tetapi di haramkan atau di makruhkan bila mampu untuk menutup aurat itu dengan sempurnah dan apabila telah ada penutup aurat yang sempurnah maka dia di sunnatkan untuk mengulang shalatnya (ada perincian tetacara pengulangan shalatnya (lihat madzhibul arba`ah).

F. Hijab

Al Quran juga mengungkapkan punutup seorang wanita dengan kata hijab yang artinya penutup secara umum, Allah Swt dalam surat Al Ahzab ayat 58 memerintah kepada para shahabat Nabi Saw pada waktu mereka meminta suatu barang kepada istri-istri Nabi Saw untuk memintanya dari balik hijab (tutup).

...واذاسألتموهن متاعافاسألوهن من وراءحجاب ذلكم اطهرلقلوبكم وقلوبهن...(الأحزاب.58)

Artinya; Dan bila engkau meminta sesuatu (keparluan) kepada mereka (istri-istri Nabi saw) maka mintalah dari belakang tabir,cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka¡¬(Al Ahzab. 58)

Seperti yang di terangkan di atas, hijab lebih luas artinya dari kata jilbab atau khimar meskipuan ayat di atas adalah turun untuk para istri-istri Nabi Saw tapi para ulama` sepakat dalam hal ini bahwa semua wanita muslimah juga termasuk dalam ayat di atas, sehingga yang di ambil adalah umumnya arti suatu lafad atau kalimat ayat Al Quran, bukan sebab yang khusus untuk istri-istri Nabi saja.

Ayat di atas memerintahkan pada wanita muslimah untuk mengenakan penutup yang demikian itu adalah lebih baik untuk dirinya dan laki-laki lain yang sedang berkepentingan dengannya, adapun cara berhijab di atas adalah dengan berbagai cara yang bisa menutup aurat dan tidak bertentangan dengan maksud dari disyariatkannya pakaian penutup bagi wanita, sehingga kalau memakai pakaian yang sebaliknya bisa merangsang terjadinya keburukan maka itu bukan dan belum di namakan berhijab atau bertutup.

G. Penutup

Ringkasnya menutup aurat adalah kewajiban seorang wanita muslimah tepat ketika dia berikrar menjadi seorang muslimah, tidak ada menunda-nunda dalam memakainya dan tanpa pertimbangan apapun dengan cara yang minimal atau maksimal. Dengan tegas saya tekankan membuka kepala dan aurat selainya adalah haram yang tidak bisa ditawar lagi kerena ke wajiban itu adalah sudah ditetapkan dari pemahaman ayat-ayat Al Quran. Dan sudah jelas bahwa Al Quran sebagai satu-satunya yang di tinggalkan Nabi Saw kepada umatnya yang telah dijelaskan dan di dukung dengan Hadist Nabi Saw.
Wallahu a`lam bissawab

Tuesday, November 10, 2009

Ketakutan untuk berbicara di depan umum

Ketakutan untuk berbicara di depan umum

Ketakutan untuk berbicara di depan umum sebetulnya tidak berdasar, karena berbicara di depan umum tidak mengancam nyawa dan tubuh kita. Namun banyak orang yang merasa ngeri berbicara di depan orang banyak dan akan melakukan apa saja untuk menghindarinya.
Untuk itu, Judith E. Pearson, Ph.D., DTM, memberikan penjelasan tentang rasa takut berbicara di depan umum berdasarkan 20 tahun pengalamannya sebagai seorang Life Coach terapis berbasis Neuro-Linguistic Programming dan hipnoterapi di Springfield, Virginia. Beliau juga adalah anggota dari Galloping Governors Toastmasters Club.
Judith menyimpulkan tiga bentuk utama rasa takut berbicara di depan umum:
1. “It’s all about me”;
2. Kegagalan parah di masa lalu; dan
3. Selalu berpikir akan melakukan kesalahan di muka umum.
Langkah pertama yang diambil Judith sebagai terapis adalah membantu merubah cara pikir client-nya. Proses ini biasa disebut reframing. Menurutnya, bila sudah dapat membuat seseorang memandang ketakutan berbicara di depan umum dengan cara yang berbeda, maka akan mudah untuk merubah perilaku dan emosinya.
“It’s All about Me”
Banyak orang beranggapan bahwa ketika banyak mata mengarah padanya, mereka seperti sedang dihakimi. Mereka biasanya berkata, “saya menjadi begitu gugup sehingga saya tidak bisa berhenti berpikir betapa gugupnya saya, dan betapa setiap orang sedang menatap saya, dan betapa bodohnya saya di mata mereka.”
Judith selalu membenarkan adanya rasa takut itu kepada kliennya. Lalu beliau akan berkata:

“Bila anda berpikir bahwa semua ini adalah mengenai anda, maka anda memiliki pendekatan tentang berbicara di depan umum yang keliru. Semua ini bukan mengenai anda. Namun mengenai audiens dan pesan yang anda ingin sampaikan kepada mereka. Mereka di sana bukan untuk menghakimi anda. Mereka di sana ingin mendapatkan pesan yang akan disampaikan, dan mereka sebetulnya tidak perduli dengan orang yang menyampaikan pesan tersebut. Mereka hadir dengan tujuan mendapatkan informasi, pelajaran, inspirasi, dan hiburan. Berhenti berpikir tentang diri anda saja dan mulai berpikir tentang mereka. Berhentilah beranggapan seolah anda adalah terpidana mati di depan regu tembak, dan mulailah berpikir sebagai seseorang yang memiliki sesuatu yang berharga untuk disampaikan kepada mereka yang ingin mendengarkan. Ketika anda mulai fokus pada kebutuhan audiens, dan melepaskan pikiran dari diri anda sendiri, rasa gugup anda nantinya pasti akan hilang.”

Kegagalan Parah di Masa Lalu

Banyak juga orang yang percaya bahwa mereka ditakutkan oleh pengalaman masa lalu yang memalukan – peristiwa yang telah terjadi di depan orang banyak – terkadang terjadi di masa kecil mereka. Bagi mereka, peristiwa tersebut menciptakan rasa takut berlebihan terhadap pemikiran menjadi pusat perhatian.
Akui bahwa setiap hal yang memalukan adalah siksaan yang amat buruk. Kemudian, katakan pada mereka:
“Pertama, tidak seorang pun berencana untuk gagal, dan anda tidak selalu dapat mengendalikan setiap situasi. Kedua, anda telah melewati peristiwa itu sehingga anda memiliki kesempatan lain untuk menerima tantangan baru. Ketiga, peristiwa tersebut adalah di masa lalu dan memang sudah berlalu, sehingga tidak mungkin akan terjadi peristiwa yang persis sama. Maka selanjutnya adalah terserah anda. Bila anda tetap fokus pada peristiwa mengerikan di masa lalu, maka kesempatan untuk berhasil akan hilang. Ambillah pelajaran dari peristiwa itu dan gunakan untuk melakukan dengan lebih baik di masa datang. Kegagalan bukan menjadi alasan untuk berhenti. Setiap kegagalan yang kita jumpai memberikan informasi berharga untuk perbaikan di masa depan. Anda akan memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan hanya bila anda focus pada kelebihan dan keberhasilan-keberhasilan anda.”
Selalu Berpikir akan Melakukan Kesalahan di Muka Umum
Judith selalu mengatakan kepada kliennya bahwa rasa takut membuat kesalahan adalah seperti satu sisi dari uang logam. Sisi lainnya adalah rasa hasrat yang besar untuk berhasil dan memberikan kesan yang baik. Kemudian beliau menambahkan bahwa rasa gugup dan takut tidak akan memberikan kesan yang baik. Beliau melanjutkan:
”Kunci utama untuk berbicara di muka umum adalah dengan berlatih. Berlatih akan memperkecil kesalahan. Kunci lainnya adalah mendapatkan umpan balik dari orang lain. Forum-forum semacam Toastmasters adalah tempat yang sangat tepat untuk berlatih karena evaluator anda akan selalu dapat menunjukan hal-hal yang dapat anda tingkatkan.

Agar bisa berdamai dengan rasa takut melakukan kesalahan, paling baik adalah dengan cara mengakui kenyataan bahwa kesalahan bisa saja terjadi, bahkan kepada pembicara yang paling terampil. Dan yang penting adalah apa yang anda lakukan terhadap kesalan tersebut. Semakin anda menunjukan ketidaknyamanan terhadap kesalahan yang terjadi, semakin besar pula kemungkinan audiens anda mengetahuinya.
Cara untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan mempelajari kesalahan anda tenang tenang, ambil tindakan perbaikan yang diperlukan, kembali tenang, fokus pada apa yang akan anda ingin ucapkan selanjutnya, dan seterusnya. Lupakan kesalahan yang terjadi, dan lanjutkan dengan materi presentasi anda. Audiens akan melupakannya. Banyak pendengar akan mengagumi cara anda melanjutkan presentasi dengan tenang, dan mungkin mereka akan merasa lega mengetahui bahwa anda ternyata juga manusia yang dapat membuat kesalahan. Rahasia menjadi pembicara hebat adalah mampu memberi ruang terhadap kesalahan dan juga mampu memperbaikinya, secepatnya.”
Setiap kali Judith melakuka reframing di atas terhadap kliennya, mereka menjadi takjub dan berkata, “wah, saya gak pernah sampai berpikir seperti itu!”.
Apabila kita dihadapi oleh tuntutan untuk berbicara di depan umum dan muncul rasa takut dan khawatir, coba dengan melakukan reframing seperti contoh-contoh di atas. Anda bisa saja melakukan modifikasi sehingga menemukan kalimat reframing yang paling dapat merubah cara pandang anda mengenai berbicara di muka umum.

Saturday, October 10, 2009

Kebiasan-Kebiasan Baik Pada Hari Jumat

Kebiasan-Kebiasan Baik Pada Hari Jumat


Pada setiap hari Jumat diwajibkan untuk melakukan sholat Jumat kecuali anak-anak dan perempuan, oleh sebab itu ada beberapa hal kebiasaan-kebiasaan baik yang patut diperhatikan, diantaranya adalah:

1.Sungguh hari Jum'at menurut Islam merupakan hari terbaik sejak matahari terbit sampai terbenamnya matahari.

2.Seorang muslim sebaiknya mandi atau mensucikan dirinya dengan wudhu sesempurna mungkin sebelum pergi shalat. Kendatipun mandi tidak diwajibkan, ia jelas mempunyai efek lebih membersihkan; berwudhu jelas baik, tapi mandi bagaimanapun lebih utama.

3.Sebaiknya memakai pakaian yang terbaik dan juga parfum jika tersedia, atau minyak rambut yang wangi sebaiknya juga dipakai untuk rambut.

4.Menyikat gigi dengan tongkat gigi atau sikat gigi untuk membuat mulut bersih dan beraroma segar. Hal ini memiliki tingkat keutamaan lebih pada hari Jumat sebelum pergi sholat dibanding hari-hari yang lain.

5.Sebelum pergi sholat, kuku-kuku harus dipotong dan dibersihkan, dan seseorang harus memastikan diri bahwa pakaiannya bersih dan janggut serta kumisnya rapih.

6.Shalat Jumat secara berjamaah adalah kewajiban yang sangat penting bagi setiap muslim; dengan pengecualian tertentu seperti anak-anak, wanita dan mereka yang sakit tidak wajib melakukan shalat Jumat.

7.Jika terdapat lebih dari satu mesjid jami',adalah lebih baik untuk melaksanakan shalat Jum'at berjamaah di satu mesjid.

8.Disunahkan pergi sepagi mungkin ke mesjid pada hari Jum'at. Berjalan kaki ke mesjid, jika mungkin, dan tidak berkendaraan adalah lebih baik.

9.Pada saat memasuki mesjid, peraturan-peraturan akhlak di dalam mesjid harus diperhatikan.

10. Perlu bersikap hati-hati agar tidak menyakiti orang lain; berdesakan di antara dua orang atau melangkahi orang lain.

11. Kebanyakan mesjid pada hari Jumat penuh dengan orang-orang yang beribadah. Tak seorang pun berhak mengusir orang lain dari tempatnya dan kemudian ia sendiri menempatinya. Ia sepatutnya memohon dengan sopan agar mereka memberikan ruangan baginya.

12. Ketika di dalam mesjid, orang harus menghindari posisi duduk yang dapat menyebabkannya mengantuk, tidur atau hal yang dapat membatalkan wudhunya.

13. Jika merasakan dirinya mengantuk, ia sebaiknya berusaha merubah tempatnya. Dalam hal ini, ia boleh berganti tempat dengan orang di sebelahnya.

14. Diusahakan agar tidak mengambil posisi yang dapat menyingkap auratnya antara pusar dan lutut.

15. Nabi Muhammad SAW melarang pelaku ibadat untuk duduk bersama dengan posisi melingkar di dalam mesjid sebelum shalat Jumat, karena hal ini akan menghalangi barisan yg lurus dan membuat ruangan yang ada menjadi sempit.

16. Menghadap ke imam ketika ia memberikan khutbah di atas mimbar merupakan akhlak yang baik.

17. Ketika imam memohonkan rahmat pada Alloh SWT bagi umat Islam, ia tidak perlu menadahkan tangannya dengan sikap memohon.

18. Ketika shalat Jum'at selesai dikerjakan jamaah tdk boleh secara serentak mninggalkan mesjid atau berdesak-desakan.

19. Konsep sabat tidak dikenal dalam Islam. Oleh karena itu Islam tidak menuntut umatnya untuk berhenti bekerja sepanjang hari Jum'at. Apa yang diperintahkan adalah berhenti bekerja selama waktu shalat.

20. Jamaah harus mendengarkan imam begitu ia khutbahnya dan tetap diam hingga ia menyelesaikan khutbahnya. Melakukan shalat dengan main-main adalah bertentangan dengan tujuan shalat Jum'at.

21. Makruh hukumnya berpuasa pada hari Jum'at. Tapi jika dihubungkan dengan puasa hari Kamis atau Sabtu, berpuasa pada hari Jum'at dibolehkan.

22. Tidak ada keutamaan dan juga tidak diharuskan untuk membatalkan bepergian pada hari Jum'at.

23. Hari Jum'at adalah kesempatan yang paling baik untuk mengingat Nabi, sallallohu alaihi wasallam, dan memohonkan rahmat untuknya dengan mengucapkan: Allohumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad (ya Alloh rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad).

24. Membaca al-Qur'an surat al-Kahfi disunahkan pada setiap hari Jum'at.

Jauhi, Dua Perilaku Orang Takabur!

Jauhi, Dua Perilaku Orang Takabur!

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS An-Nisa': 36)

Takabur (sombong) adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Orang takabur, hakikatnya tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Ia mengaku-ngaku sesuatu yang bukan miliknya. Yang Mahabesar dan berhak takabur hanyalah Allah SWT.

Takabur bagaikan bagaikan bau busuk yang sulit sekali disembunyikan. Orang yang mengidap penyakit ini sangat mudah dilihat oleh orang awam sekali pun, serta mudah dirasakan hati siapa pun.

Apa ciri orang takabur itu? Rasulullah SAW bersabda, "Kesombongan adalah mendustakan kebenaran dan merendahkan orang lai."

(HR Muslim)
Mendustakan kebenaran
Meremehkan agama. Orang sombong hidupnya jauh dari agama. Ia memiliki kebenaran versinya sendiri, sehingga tidak menyukai orang-orang shalih. Tidak mau dan tidak menyempatkan belajar agama. Waktunya tersita untuk mencari dunia dan memuaskan hawa nafsu.

Malas beribadah. Ada saja alasan untuk tidak beribadah. Tidak menyukai nasehat berkaitan dengan kebenaran. Tidak mau ingat dan taat pada Allah. Meremehkan dan tidak mau meneladani para nabi. Dia lebih suka meniru idolanya sendiri.

Tidak percaya pada hal-hal gaib. Tidak mau dekat dengan orang shalih kecuali kalau ada maunya. Bila kesombongannya sudah memuncak, ia akan memusuhi agama dan akan melakukan pelbagai cara agar sinar agama meredup. Bila ia punya kekuasaan, maka kekuasaan itu akan dipakai menumpas kebenaran.

Merendahkan Orang Lain
Ingin selalu kelihatan lebih tinggi. Ingin selalu diistimewakan. Ia akan tersinggung bila disamakan dengan orang yang levelnya dianggap lebih rendah. Suka mendominasi pembicaraan, senang memotong perkataan orang lain, nadanya pun cenderung lebih keras dan merendahkan yang mendengar. Ia pun selalu ingin menang sendiri saat bicara.

Kurang suka mendengarkan orang lain. Bila orang lain berbicara dan pembicaranya dianggap lebih rendah levelnya, dia tak akan mau memperhatikan. Ada saja yang dilakukannya: ngobrol, menelpon, atau lainya. Akibatnya, orang yang bicara merasa direndahkan.

Kalau ia menyuruh, maka yang disuruh akan sakit hati. Cara duduk, berdiri, dan menunjuk pun cenderung tidak menghormati orang lain

Mudah marah dan kasar. Sering menghina, mencaci maki. Jarang sekali mau memuji dan mengakui kelebihan orang lain. Jarang berterima kasih. Tidak mau meminta maaf. Pantang menerima kritik dan saran. Tidak suka bermusyawarah. Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangan. Sering dengki pada yang lain.

Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk menghindari ketakaburan sekecil apa pun. Amin.


Saat Iman tak Lagi di Hati

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, bila tidak mampu, ubahlah dengan lisannya dan kalu tidak mampu, maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman" (HR Muslim). Selain mengungkap tentang pentahapan dalam menyingkirkan kemungkaran, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ini juga mengungkapkan kaitan antara amar ma'ruf nahi munkar dengan keimanan. Hal ini terlihat dengan disebutnya pengingkaran hati terhadap kemungkaran sebagai selemah-lemahnya iman.

Menyingkirkan kemungkaran memerlukan keberanian, karena di dalamnya terkandung resiko, dari yang kecil hingga yang besar. Sejarah mencatat bagaimana resiko yang dihadapi oleh para penyeru kebenaran. Para Nabi contohnya. Mereka harus menghadapi resiko yang tidak kecil. Nabi Ibrahim dibakar karena melarang kaumnya menyembah berhala. Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar untuk dibunuh karena menentang Fir'aun. Nabi Muhammad SAW pun mengalami berbagai ujian, dikucilkan, dianiaya dan dakwahnya dihalang-halangi dengan berbagai cara, "hanya" karena beliau beriman dan menyebarkan keimanannya. Sunnatullah ini tidak hanya berlaku bagi para nabi. Seluruh penyeru kebenaran mengalami hal yang sama, siapapun dia.

Karena itu dibutuhkan kekuatan untuk menyeru manusia ke jalan Allah dan melarang mereka berbuat kemungkaran. Dan kekuatan itu adalah iman. Ustadz Anis Matta mengungkapkan bahwa iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam zaman kehidupan atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di permukaan bumi". Sejarah mencatat bahwa sepanjang 15 abad ini, kaum Muslimin meraih berbagai kemenangan-kemenangan dalam berbagai peperangan, menciptakan kemakmuran dan keadilan, mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan dalam peradaban. Apa yang membuat mereka mencapai semua itu? Imanlah yang membuat semua itu terjadi. Itulah saat di mana iman mewarnai seluruh aspek kepribadian dan kehidupan setiap Muslim.

Bagaimana saat ini? Secara kasat mata kegemilangan Islam itu tinggal kenangan. Bangunan peradaban yang dulu menjulang, kini sedikit demi sedikit mengalami kehancuran. Dr. Yusuf Al-Qardhawi mencatat ada sembilan kegagalan ummat Islam pada abad 20, yaitu: hancurnya kekhilafahan, kekalahan melawan proyek zionisme, kegagalan di bidang pembangunan dan pertumbuhan, kegagalan dalam usaha membebaskan diri dari ketergantungan terhadap Barat, kegagalan dalam syura', kebebasan publik dan HAM, kegagalan dalam mempersatukan umat, kegagalan dalam mewujudkan keadilan sosial, kegagalan dalam masalah perempuan, dan kegagalan di bidang pendidikan moral umat.

Semua itu terjadi tatkala iman tidak lagi memiliki ruang di hati kaum Muslimin. Ia menjadi kering kerontang, tidak lagi menumbuhkan semangat untuk menyemai kebaikan dan mencegah kemungkaran. Wallahu a'lam bish-shawab (Apriyanto Rd.)


Pentingnya Hidup Sederhana

Dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama.

Semoga Allah Yang Mahakaya mengaruniakan kekayaan yang penuh berkah, dan melindungi kita dan tipu daya kekayaan yang menjadi fitnah.

Saudaraku, salah satu penyebab maraknya korupsi di negeri kita adalah kegemaran sebagian orang terhadap kemewahan dan menggejalanya pola hidup konsumtif. Memang, tantangan untuk tampil lebih (konsumtif) sangat terbuka di sekitar kita. Tayangan televisi sering membuat standar hidup melampaui kemampuan yang kita miliki. Iklan-iklan tidak semuanya memberikan keinginan primer, tapi juga yang sekunder dan tertier yang tidak terlalu penting. Tidak dilarang kita memiliki, tapi apakah yang kita miliki ini tergolong kemewahan atau tidak? Itulah yang harus kita pertanyakan.

Lalu apa kerugian hidup bermewah-mewah? Di zaman sekarang kemewahan bisa membawa bencana. Minimal dicurigai orang lain. Siksaan pertama dari kemewahan adalah ingin pamer, ingin diketahui orang lain. Siksaan kedua dari kemewahan adalah takut ada saingan. Pemuja kemewahan akan mudah dengkinya kepada yang punya lebih. Penyakit ketiga cemas, takut rusak, takut dicuri. Makin mahal barang yang dimiliki, kita akan semakin takut kehilangan.

Pentingnya hidup sederhana
Tampaknya, pola hidup sederhana harus dibudayakan kembali di masyarakat. Tak terkecuali di keluarga kita. Kalau orangtua memberikan contoh pada anak-anaknya tentang kesederhanaan, maka anak akan terjaga dari merasa diri lebih dari orang lain, tidak senang dengan kemewahan, dan mampu mengendalikan diri dari hidup bermewah-mewah.

Saudaraku, sederhana adalah suatu keindahan. Mengapa? Karena seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan lebih mudah meraba penderitaan orang lain. Jadi bagi orang yang merasa penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan.

Dalam Islam, kaya itu bukan hal yang hina, bahkan dianjurkan. Perintah zakat bisa dipenuhi kalau kita punya harta, demikian pula perintah haji. Yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan. Dalam QS At-Takaatsur, Allah SWT dengan tegas mencela orang yang berlebih-lebihan. Memang kita harus kaya tapi tidak harus bermegah-megah. Beli apa saja asal perlu, bukan karena ingin. Keinginan itu biasanya tidak ada ujungnya. Beli semua yang kita mampu beli, asal manfaat. Kita harus punya, tapi bukan untuk pamer dan bermegah-megah, tapi untuk manfaat. Kita tidak dilarang punya barang apa saja, sepanjang barang yang dimiliki halal dan diperoleh dengan cara halal. Saya tidak mengajak untuk miskin, tapi mengajak agar kita berhati-hati dengan keinginan hidup mewah.

Satu hal yang penting, ternyata di negara manapun orang yang bersahaja itu lebih disegani, lebih dihormati daripada orang yang bergelimang kemewahan. Apalagi mewahnya tidak jelas asal-usulnya.

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sederhana, walaupun harta beliau sangat banyak. Rumahnya Rasul sangat sederhana, tidak ada singgasana, tidak ada mahkota. Lalu, untuk apa Rasulullah SAW memiliki harta? Beliau menggunakan harta tersebut untuk menyebarkan risalah Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang yang lemah.

Dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita harus kaya dan harus mendistribusikan kekayaan tersebut pada sebanyak-banyak orang, minimal untuk orang terdekat. Maka, bila kita memiliki uang dan kebutuhan keluarga telah terpenuhi, bersihkan dari hak orang lain dengan berzakat. Kalau masih ada lebih, maka siapkan untuk orangtua, mertua, sanak saudara yang lain, dst. Kakak-adik, keponakan, juga harus kita pikirkan. Kekayaan kita harus dapat dinikmati banyak orang.

Semoga dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama. Amin.

Wednesday, September 9, 2009

JANGAN DITUNDA LAGI

JANGAN DITUNDA LAGI


If not now when, if not we who else ..."
kalimat yang pernah dilontarkan mantan Presiden
Amerika Serikat, Ronald Reagan pada satu kesempatan
pidatonya saat ia menduduki jabatan paling bergengsi
di Amerika itu, jabatan yang juga bergengsi di setiap
negara tentunya. Kurang lebih, kalimat tersebut
bermakna bahwa segala sesuatunya harus dikerjakan
sekarang, saat ini juga karena belum tentu ada
kesempatan kedua untuk melakukannya, dan kitalah juga
yang harus melakukan hal tersebut, jangan berharap
kepada orang lain.
Tentu saja, jauh sebelum si Cowboy AS itu mengucapkan
kalimat yang sebenarnya tidak terlalu terkenal itu,
Muhammad Saw, manusia mulia yang menempati urutan
nomor wahid dalam deretan 100 tokoh paling berpengaruh
di dunia yang ditulis Michael H Hartz, mengucapkan
kalimat yang jauh lebih populer, "Gunakanlah waktu
lapangmu sebelum datang sempitmu ...". Juga ada satu
ungkapan hikmah yang terkenal, "Bekerjalah kamu seolah
kamu akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah seolah
kamu akan mati besok". Ada garis persamaan yang bisa
ditarik, meski ketiga kalimat diatas sebenarnya tidak
terlalu berhubungan, tapi ketiganya sangat berhubungan
dengan bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik
mungkin.
Sesuai dengan sifatnya, waktu yang akan selalu
bergerak maju, -karena tak pernah ada waktu yang bisa
diulang seperti dalam film Quantum Leap yang
dibintangi oleh Cliff Baker- maka tak mengherankan
jika Allah melabeli "orang merugi" bagi mereka yang
tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan tepat.
Karena sifatnya yang tidak bisa diulang itulah, maka
kita seharusnya mengambil setiap kesempatan sesempit
apapun yang datang, agar setiap waktu yang terlewati
itu terisi dengan hal-hal bermakna dalam hidup kita.
Dalam surat yang sama (al Ashr) diperingatkan pula
tentang sifat waktu yang lain, betapa waktu yang
berjalan itu juga begitu singkat menghampiri kita.
Manusia yang lalai, malas dan tidak menghargai waktu,
tentu masuk dalam kategori "merugi" tadi.
Pada kenyataannya, jika kita mau sejenak saja menengok
ke belakang, maka akan kita sadari -lebih ekstrimnya
kita sesali- karena begitu banyaknya waktu yang
terlewati dengan sia-sia, sungguh tak terhitungnya
kesempatan berlalu yang hampa makna seolah waktu yang
diberikan Allah begitu tak berarti, bahkan seringkali
tak bernilai sama sekali. Tentu saja, setelah
menyadari -atau menyesali- kenyataan waktu yang sudah
terlewati itu, dua bibir ini secara refleks membentuk
huruf "O" seraya mengeluarkan kata "Ooh". Mungkin ada
yang lebih parah lagi, ini sangat tergantung pada
seberapa menyesalnya kita atas berbagai kesempatan
yang tersia-siakan itu, maka jari telunjuk pun segera
nangkring diantara gigi atas dan bawah kita.
Sepantasnya kita menangis tatkala menyesali semua itu,
namun apa manfaatnya? biarlah yang berlalu itu
dijadikan pelajaran yang berharga bagi kita untuk
tidak tersudutkan pada predikat 'bodoh', karena konon,
orang bodoh adalah orang yang mengulangi kesalahan
yang sama, dia bodoh karena tidak belajar dari
kesalahan pertamanya, hanya itu. Toh, saat ini kita
masih punya waktu, entah sampai kapan Dia memberikan
waktu ini, who knows? Tapi yang jelas, dengan berbekal
satu tekad, "Hari ini harus lebih baik dari kemarin"
maka melangkahlah kita untuk memulai hari-hari,
menggunakan waktu dan kesempatan yang tersedia didepan
kita sebaik mungkin, seefektif mungkin, seefisien
mungkin agar kelak ada yang bisa kita ceritakan dengan
bangga -tanpa bertepuk dada- kepada anak cucu kita.

Sunday, September 6, 2009

Perubahan yang kita butuhkan

Kita hidup di dunia ini yang berlari sangat cepat menuju tujuan
akhirnya. Manusia mengira mereka akan hidup selamanya. Namun,
sebagaimana yang Allah SWT jabarkan kepada kita dalam Kitab Suci al
Qur'an:

Innaa 'aradhnaa amaanata 'alas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa
abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahal insaanu innahuu
kaana zhaluuman jahuulaa

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu karena
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, (QS
Al-Ahzab [33]:72)

Kita telah diberikan harta ini, Allah SWT berfirman, "Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi," dan mereka menolak, "Tidak, Ya
Rabbi! Kami tidak sanggup mengembannya. Ini sulit." Manusia menjawab,
"Kami bisa mengemban amanat itu," dan Allah SWT menyebut manusia
sebagai zhaluuman jahuulaa. Mengapa manusia mau memikulnya? Langit
dan bumi menolak, "Tidak, kami tidak bisa mengembannya. Jangan
pikulkan amanat tersebut kepada kami." Karena jika langit dan bumi
mengembannya dan gagal, maka Allah SWT akan menghancurkan jagad raya
ini. Itulah mengapa kalian melihat jagad raya disini.

Itulah amanat yang manusia emban. Itulah mengapa Allah SWT menimpakan
bencana atas manusia, tapi berpengaruh terhadap planet bumi. Siapakah
yang terkena dampak jika ada banjir? Kita, manusia. Karena kita berani
memikul amanat tadi. Jika kalian ingin harta itu, maka jagalah agar
harta itu tetap bersih sebagaimana Aku memberikannya kepada kalian.
Jika tidak, Aku harus membersihkan kalian. Apakah kalian membiarkan
anak laki-laki atau perempuan kalian kotor? Apakah kalian membiarkan
diri kalian juga kotor? Tentu tidak, kita bergegas mandi.

Jadi, mengapa kita membiarkan harta kita kotor? Kita membaca Kitab
Suci al Qur'an, membaca hadis-hadis suci dan meletakkan ayat-ayat
dari Kitab Suci al Qur'an di rumah dan sekolah. Namun, apakah kita
mengambil hikmah dari ayat-ayat tersebut?

Melihat – semua orang melihat bayinya Masud dan mereka senang. Mengapa
kita tidak tersenyum untuk menjaga harta kita tetap bersih? Mata semua
orang selalu menengok ke orang yang tidak berdosa (seperti bayi .pen)
Namun mata kita tidak menengok ke orang dewasa, karena kita penuh
dosa. Itulah perbedaan utamanya.

Awliyaullah mampu menyeimbangkannya. Mereka punya penglihatan itu.
Mereka tidak menyukai apapun dalam jagad raya ini. Satu-satunya yang
mereka inginkan adalah bagaimana agar mereka dari hari ke hari semakin
dekat ke Hadirat Ilahi agar sampai ke tujuan mereka. Hari ini kita
menyetir untuk sampai ke sini dan kami menghitung menit demi menitnya,
berapa menit lagi kami sampai. Kami ingin sampai di tempat tujuan.

Semua orang ingin sampai ditempat tujuannya. Kita mengebut untuk
sampai disini jam 8, agar sampai di tujuan tepat waktu. Jiwa kita juga
mengebut untuk sampai tujuannya. Tubuh kita tidak menginginkan itu.
Karena tubuh mengemban amanat tersebut. Jiwa kita bersih karena tidak
menginginkan amanat itu. Sedangkan tubuh bodoh dan zalim.

Dunya pun mengejar tujuannya. Tidak seorangpun dapat menghentikannya.
Para Imam, presiden, raja pun tidak bisa menghentikan tujuan Dunya
yang sedang mencapai tujuan akhirnya agar mencapai tujuan-tujuan kita.
Akhir itu semakin mendekat. Awliyaullah punya sebuah komputer -kalian
perhatikan kini komputer sudah sangat sangat canggih- komputer sangat
kecil dan punya semuanya. Ketika waktu sholat datang, komputer
menyerukan azan. Waktu Zuhur datang, komputer menyerukan azan.
Bagaimana komputer bisa tahu? Dengan mengkalkulasikan detik. Kalian
tidak punya aplikasi seperti ini. Apakah Anda punya, Imam? Saya punya
1 buah disaku. Selesainya di waktu sholat 'Isya. Benda itu menyerukan
azan.

Planet bumi ini bergerak menuju tujuannya untuk melakukan sajdah. Ya
Rabbi, saya mendekati tujuan, saya melakukan perjalanan dengan cepat
untuk mencapai-Mu. Tidak satupun bisa menghentikannya. Awliyaullah
tahu tanda-tandanya. Awliyaullah hidup dengan tanda-tanda tersebut.
Tanpa pertanda, Rasulullah SAW memprediksikan tanda-tanda
Hari Kiamat, berakhirnya jagad raya ini.

Ketika Jibril menanyakan 3 buah pertanyaan kepada beliau tentang
Islam, iman dan ihsan. Kemudian Jibril bertanya lebih lanjut,
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat?" dan Rasulullah SAW
menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
bertanya." Kemudian Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku
tanda-tandanya? " dan Rasulullah SAW menyebutkan tanda-tanda Hari
Kiamat. Salah satunya: orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang
miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan
gedung-gedung tinggi. Mengubah gurun pasir menjadi surga, surga dunia.

Awliyaullah menghitung Hari Kiamat dari waktu ke waktu. Nah, apakah
yang Awliyaullah lakukan? Mereka berada di hadirat Tuhan mereka.
Rasulullah SAW bersabda, "Waktu terbaik bagiku adalah ketika sedang
sholat." Mengapa Syaikh? Bagi Rasulullah SAW waktu terbaiknya adalah
saat sedang sholat. Bagi Awliyaullah, kapankah waktu terbaik bagi
mereka? Dalam sholat mereka. Ketika kalian membaca al-Fatihah, kepada
siapa surat itu kalian tujukan? Alhamdulillah. Ya Rabbi, segala puji
bagiMu. Ar-Rahman ar-Rahim, kalian sedang berbincang langsung kepada
Allah SWT dan salam, rasa hormat serta menerima bahwa Engkau-lah Tuhan
kami. Jadi, mengapa kita berdo'a dengan tergesa-gesa?

Jika kalian bersama seorang gadis, (dia tersenyum). Anda mengundang
gadis itu hari ini untuk sekedar minum kopi atau teh, mengapa? Saya
tidak memberikan contoh ini, karena memang itulah yang terjadi. Dan
anda ingin bicara dengannya, kan? Anda berusaha memperpanjang atau
menyingkat waktu? Anda berusaha memperpanjang waktu bersama gadis itu,
mengapa? Karena hasrat anda mendesak anda melakukan itu.

Lalu bagaimana dengan hasrat kita untuk memperpanjang waktu saat
kalian sedang sholat? Malah sebaliknya, kita mempersingkatnya, ya
Imam? Kita selalu tergesa-gesa. Itu sebuah contoh kecil. Itu terjadi
pada kita semua. Saya tidak membuat pengecualian pada kita. Kita semua
seperti itu.

Kaum ulama memberikan ceramah hari ini di mimbar atau memberikan
presentasi di sekolah-sekolah atau universitas berusaha membahasa
persoalan sangat penting yang sedang muncul. Mengapa para ulama
berbicara terlalu tinggi. Perhatikanlah yang dibawah kalian. Kalian
memperpanjang atau menghabiskan waktu kalian dengan seorang wanita
atau teman-teman, namun kalian memperpendek waktu kalian bersama Allah
SWT ketika sedang melakukan sholat.

Kullu hizbin bima ladayhim farihoon - Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (QS. Al
Mu'minuun [23]:53)

Kami membuat tafsir dari ayat ini.. Mereka menerjemahkan menjadi 100
makna berbeda. Namun salah satu maknanya adalah bahwa anda selalu
bersama pengikut setan, karena anda selalu berupaya menghabiskan waktu
anda untuk selain Allah, sedangkan pada saat sholat menghadap Allah,
anda mempersingkat waktunya.

Apa yang Awliyaullah lakukan? Mereka memperpanjang sholat mereka,
mereka memperpanjang sholat hingga sempurna. Itulah mengapa dalam
sholat tarawih, Awliyaullah memanjangkan sholat agar bisa membaca
Kitab Suci al Qur'an dalam sholatnya. Bukan pada masa Rasulullah SAW
melafalkan Kitab Suci al Qur'an hingga *khatam *dan bukan pada masa
Rasulullah SAW membaca Kitab Suci al Qur'an hingga khatam. Namun
dimulai pada masa ke-Khalifah- an Sayyidina 'Umar (r.a), mereka
menjadikannya 20 raka'at dan kini mereka memutuskan untuk melafalkan
seluruh juz dalam Kitab Suci al Qur'an.

Mengapa? Supaya mereka dapat berlama-lama di Hadirat Allah SWT. Jadi,
kita harus memperpanjang sholat (tidak tergesa-gesa) agar kita bisa
lebih lama di Hadirat Allah SWT. Apa yang kalian punya dalam 5 Rukun
Islam: *syahadatu an la ilaha illa-Allah wa anna Muhammadan 'abuduhu
rasuluhu wa iqaamus shalaat, wa ita-uz zakat, wa shawmu Ramadhaan wa
hajjul bayti*. Perhatikan, *SubhanAllah* dalam sholat ada 5 Rukun.

Awliyaullah tidak buta, mereka melihat. Saat kalian mengucap *Allahu
Akbar. Iqaamus shalaat. Kalian ada didepan Ka'bah. Saat kalian duduk
tahiyat: *asyhadu an la ilaha illa-Allah wa asyhadu anna muhammadan
'abduhu wa rasuluh

Jadi, ada 2 buah Rukun disana. Saat mengucap "Allahu Akbar" kalian
tidak dalam kondisi makan dan minum. Jadi, kalian sedang puasa. Saat
mengucap "Allahu Akbar" kalian tidak sedang bekerja. Kalian
mengerjakan amal. Pada saat itu, kalian sanggup bekerja namun kalian
meluangkan waktu, kalian mengisi waktu itu dengan ibadah sholat.

Jadi, saat mengucap "Allahu Akbar" kalian ada dihadapan Ka'bah. Jangan
pikir kalian tidak ada disana. Bagi yang tidak bodoh dibawa
Awliyaullah ke Ka'bah. Namun kita tidak dapat melihatnya. Ada tabir
pada diri kita. Kalian saat sholat melihat tembok atau imam. Namun
sesungguhnya, kalian bukan sholat menghadap tembok, kalian sholat
menghadap Ka'bah. Apakah Allah SWT tidak punya kekuatan untuk
menyingkirkan tabir untuk memperlihatkan kepada kalian bahwa ada di
hadapan Ka'bah? Kita berucap, "Allahu Akbar," bahwa "Allah Maha
Besar!" Apakah Dia tidak bisa menyingkirkan tabir dan memperlihatkan
Ka'bah kepada kalian? Kini, kalian menyalakan TV dan melihat Ka'bah.
Tidak bisakah Allah SWT menyalakan TV surgawi dan membawa kalian ke
Ka'bah? (Tentu bisa) Namun ada tabir pada kita. Bukan Allah yang
membuat tabir itu, tapi kitalah yang memberi tabir pada diri kita
sendiri.

Dunya ini bergerak menuju tujuannya. Tahun lalu di bulan Maret
tepatnya pada *Maulid an-Nabi* SAW pergerakan dunya dimulai. Mereka
membukakannya. Mereka membukakan kepada orang-orang untuk melihat;
bagi orang-orang yang tahu bahwa ada perubahan yang datang. Perubahan
tersebut adalah sebuah pembukaan agar sesuatu besar yang akan terjadi.
Awliyaullah menunggu, menunggu dan menunggu sesuatu yang akan terjadi
itu. Dari bulan Maret tahun lalu di California, banyak orang mendengar
itu. Banyak pesan datang bahwa sebuah perubahan akan terjadi.
Perubahan itu terjadi.

Jangan pikir tidak ada Awliyaullah yang telah diberikan otoritas oleh
Allah SWT atas dunia ini. Mereka punya otoritas atas dunia ini. Allah
SWT memberikan kekuatan itu pada Awliyaullah.

Dengan perintah Mawlana, 2 minggu yang lalu saya datang ke sini dan
dengan perintah Mawlana minggu ini saya datang ke sini. Kedatangan ini
bukan karena saya ingin datang atau karena Anda mengundang saya. Dua
tahun yang lalu saya tidak datang. Namun ada sebuah pesan penting
untuk disampaikan, minggu ini juga harus disampaikan.

Saat Awliyaullah ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Saat
Mawlana Syaikh ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Kalian
bukanlah sang Syaikh. Kalian adalah domba. Saat domba jantan ingin
melihat, dia bisa membawa seluruh kawanan kembali ke rumah demi
keselamatan.

Dan apakah yang dimiliki oleh para pemburu? Mereka punya anjing untuk
mengantarkan mangsa kepada pemburu. Mangsa. Kalian mengirim anjing
kemana-mana untuk menggiring mangsa untuk datang. Ada sebuah pesan
pada orang itu 2 minggu yang lalu. Orang yang bertanggung jawab atas
seluruh wilayah secara spiritual. Tiap wilayah diseluruh dunia ada
dibawah tanggung jawab seorang wali. Dan Sultan al-Awliya bertanggung
jawab atas seluruh dunia. Ada sebuah pesan untuk disampaikan kepada
seorang yang bertanggung jawab atas wilayah Midwest dan ucapan selamat
kepada wali yang bertanggung jawab tersebut.

Jadi, Awliyaullah tidak terhijab. Saat Awliyaullah ingin mengirim
sebuah pesan, mereka tinggal mengirimnya. Nah, Mawlana Syaikh ingin
mengirimkan pesan tersebut. Karena inilah abad perubahan semakin
mendekat. Ada sesuatu yang akan berubah di seluruh dunia, dari buruk
menjadi baik. Allah SWT tidak mengubah dari baik menjadi buruk. Allah
SWT mencintai para hamba-Nya - Dia menghendaki perubahan dari buruk ke
baik.

Itulah mengapa judul sohbet ini "Perubahan yang Kita Butuhkan". Mereka
tidak boleh mengubah judulnya. Awliyaullah mengubah inspirasi dihati
mereka untuk berubah dan perubahan pun terjadi. Dan dengan situasi
baru ini, ada sebuah perubaha besar tang akan terjadi bagi semua orang
dengan merasakan kebahagiaan, semua orang bersyukur kepada Allah SWT
karena inilah persiapan untuk dunia ini mencapai tujuannya. Saat dunia
ini mencapai tujuannya, kita mencapai tujuan kita.

Berkali-kali saya bertanya kepada Mawlana Syaikh (semoga Allah memberi
beliau panjang umur) tentang kaki beliau. Karena kaki beliau bengkak
dan beliau selalu menolak untuk diobati. Mengapa?

Orang-orang bertanya-tanya. Kami bertanya-tanya, namun saat beliau
ingin kalian tahu, maka kalian akan tahu. Beliau ingin menanggung rasa
sakit agar para pengikut beliau tidak akan merasakan sakit di dunya
atau akhirat. Beliau memikul rasa sakit ini, agar para pengikut beliau
tidak merasakan sakit di dunya atau akhirat serta beliau akan
mengorbankan keselamatan dan kenyamanan beliau demi kita agar bisa
merasa nyaman.

Awliyaullah tidak bertindak tanpa ijin. Kini adalah waktunya dimana
Allah SWT pun menguji para wali. Berapa kalikah Rasulullah SAW ditimpa
kesulitan sedangkan beliau adalah Penutup para Nabi? Beliau diberikan
kesulitan demi tubuh suci beliau. Tubuh beliau suci dan ikut pergi
saat Mi'raj dan masih saja beliau diperlakukan dengan buruk oleh
kaumnya dalam Perang Uhud. Pasa saat itu mereka mematahkan gigi
beliau. Peristiwa itu terjadi setelah Mi'raj. Seseorang yang Mi'raj
dengan tubuh sucinya dan kembali lagi ke dunia ini, Allah SWT tidak
pernah meninggalkan beliau sendiri: "Ya Muhammad, angkatlah kesulitan
dari Ummah." Untuk mengangkat kesulitan, beliau harus mengalami patah
gigi. Itu sangat sakit.

Allah SWT menguji Awliyaullah -jangan pikir Allah SWT tidak akan
menguji mereka. Allah SWT ingin para Awliyaullah memikul sebanyak
mungkin tanggung jawab para pengikut mereka. Seperti seorang Syaikh
dan wali yang kalian punyai. Kaum ulama adalah anak-anak dipintu
Awliyaullah. Mereka bukanlah Awliyaullah - mereka adalah orang-orang
yang belajar dan yang masih punya kesombongan, kebanggaan, hawa dan
nafsu. Karena mereka masih belum mau berusaha berjuang melawan
perilaku ini untuk mencapai tingkat ihsan. Maka mereka tidak
memperoleh lebih dari tingkat pertama dari 2 tingkat. Awliyaullah
sudah jauh dalam *maqam al-ihsan* untuk mengubah tingkah laku mereka
menjadi lebih baik.

Saya pernah berkali-kali melihat Mawlana, setelah semua orang
tertidur, beliau mengambil sampah didalam rumah, dan memperlihatkan
kepada saya, apa yang dilakukan seorang ulama dan yang dilakukan
seorang yang mengaku wakil atau deputi. Beliau mendatangi tempat
sampah dan tidak bicara apa-apa kepada semua orang. Beliau mengambil
sampah dan melihat sekerat roti, beliaupun mengambilnya. Beliau
melihat makanan itu disana dan mengambilnya. Menyimpannya dan kemudian
pada hari berikutnya, beliau tidak makan apa-apa dimalam hari karena
tidak merasa lapar. Tapi pada hari berikutnya saat orang-orang makan
di meja makan beliau, beliau membawa makanan yang diambilnya dari
tempat sampah dan memakannya. Aku melihat itu ratusan kali. Tidak saat
ini, namun ketika beliau ada di Damaskus tahun 1980an. Tunjukkan pada
saya kalau ada ulama yang melakukan dialog antar agama mau melakukan
seperti itu. Tidak, mereka membuang-buang makanan. Maulana Syaikh
tidak pernah membuang nikmat apapun dari Allah SWT.

Allah SWT meninggalkan Fira'un. Allah SWT berfirman, "Aku akan
menghancurkan Fira'un demi Sayyidina Musa." Mengapa Allah SWT tidak
menghancurkan Fir'aun pada 40 tahun sebelumnya? Karena Fir'aun
mempunyai kebiasaan mengumpulkan remah-remah makanan yang berjatuhan
dari meja. Fir'aun mengumpulkan dan memakan remah-remah tersebut.
Fir'aun berkata, "Aku tidak bisa membuang remah-remah ini karena
inilah nikmat dari Allah."

Karena saat tujuan datang -karena kita berada dijalan menuju tujuan
akhir- dan tujuan mendekat. Jadi, persiapkan diri kalian untuk tujuan
tersebut. Nah, saat tujuan akhir/masa hidup Fir'aun mendekat, setan
datang dan berkata, "Kau sudah menyimpan makanan dan remah-remah.
Kenapa? Kau kan Tuhan! Tinggalkan itu!"

Berapa kali kita membuang remah-remah bekas kita makan? Di meja kita
dan di lantai. Bukan hanya itu, kita mengambil makanan dan
membuangnya. Saya tidak berencana membicarakan ini dan Mawlana Syaikh
bersikeras untuk mengatakan bahwa perubahan mendekat. Dan perubahan
tersebut mulai pada Maulid an-Nabi SAW dibulan Maret. Sebagian orang
di California mendengar dan melihat perubahan itu. Barang siapa yang
memahami, maka dipahami maksud dari perubahan tersebut.

Mawlana menyebutkan nama seseorang yang sedang datang. Dan orang itu
sudah datang sekarang. Dan kami akan melihat perubahan apa yang akan
terjadi. Ini bukanlah perubahan beliau dan bukan juga perubahan para
pengikut beliau. Bukan, ada sebuah perubahan surgawi mendekat.
Perubahan menjadi lebih baik. Bukan hanya bagi kaum Muslim, tapi buat
semua orang. Allah SWT tidak membedakan siapa yang Muslim dan yang
tidak. Tapi perubahan bagi semua orang. Urusan akhirat lain lagi.
Allah SWT memberikan sebuah perubahan yang sudah dinanti-nanti. Jangan
lupa membaca, "Subhaanallaahi wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim
Astaghfirullah."

Ketika Ajal Mendahului Taubat

Ketika Ajal Mendahului Taubat


Kita diberitakan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al
Ankabut:57 yang artinya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan" (lihat juga Qs. Ali Imran:185, Al Anbiya’:35), yang dengan itu kita harus meyakini bahwa memang kita akan mengalami kematian yang kita tidak akan tahu kapan kematian itu akan datang menghampiri kita.

Berita duka cita kerap kali terdengar di telinga kita melalui pengeras suara mushola atau masjid, berita perihal kematian salah satu tetangga di lingkungan tempat tinggal kita. Berita duka cita itu disampaikan diiringi dengan ucapan “Innalillahi wainnailaihi raji'un” yang terjemahannya “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”
(lihat Qs. Al Baqarah:156), kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Entah kapan yang kita tidak bisa mengetahuinya, berita duka cita itu diumumkan untuk nama kita atau nama dari keluarga kita. Tetangga kita semuanya mengucapkan “Innalillahi wainnailaihi roji'un” dan mereka berta’ziah kerumah kita. Setelah dimandikan mereka menshalati kita dengan takbir 4 kali dan juga ikut untuk mengiringi rombongan keluarga ke tempat peristirahatan terakhir kita.

Bagi orang yang beriman dan beramal shalih kematian adalah sesuatu yang tidak akan pernah ditakutinya, karena kematian awal dari dirinya untuk berjumpa dengan sang Maha Pencipta Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikannya semesta nikmat selama ia hidup didunia dan ia senantiasa mensyukurinya, menjalankan perintah dan menjauhkan larangannya yang dengan kata lain ia berusaha menjadi hamba-hamba rabbani yang tersemat didalam dirinya ketaqwaan dan penuh dengan keikhlasan. Dan bagi orang yang beriman dan beramal shalih itu Allah menyebut mereka Khairul Bariyah (sebaik-baik
makhluk) dan dijanjikan balasan syurga yaitu syurga ‘Adn dan mereka kekal didalamnya (Qs. Al Bayyinah:7-8). Tetapi sebaliknya, mereka yang memilih kekafiran dan melakukan kemusyrikan sewaktu hidup didunia Allah menyebut mereka Syarul Bariyah (seburuk-buruk makhluk) dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka jahanam selama-lamanya. (Qs. Al Bayyinah:6)

Bagi mereka yang jauh dari perintah Allah dan tidak menjalankan perintah Nya, asyik terlena dengan fatamorgana dunia, mereka menunda-nunda untuk bertaubat dan tidak bergegas untuk kembali ke jalan Nya, maka sungguh mereka termasuk orang-orang yang merugi yang telah menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah SWT, yang seharusnya untuk melakukan ibadah kepada-Nya. (Qs. Al Ashr:1-5)

Dan ketika mereka mendengar tentang kematian mereka akan merasa takut, mereka tidak siap ketika ajal akan menjemput. Tetapi sesungguhnya ketika keputusan Allah telah datang bahwa kita akan mati pada detik ini juga, maka kita tidak akan bisa menolaknya. Seperti yang Allah firmankan di dalam Al Qur’an Surat Al Munafiqun:11 yang artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya….”

Ketika kita sudah menjumpai ajal berarti sudah selesai perjalanan hidup kita di alam dunia dan tinggal kita tunggu waktu Allah SWT akan menghitung amalan-amalan kita selama hidup didunia. Kita tidak bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan dan sungguh amat menyesal mereka yang lalai dan hanya memperturutkan hawa nafsunya ketika berada di didunia.

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ (Qs. Al-Furqan:27)

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Qs. Al Baqarah:167)

Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman. (Qs. Asy Syu'araa':102)

Jangan sampai ajal yang telah Allah tentukan kepada kita mendahului taubat yang sering kita tunda-tunda, kita tidak bersegera untuk kembali ke jalan-Nya. Maka ketika ajal mendahului taubat, tidak ada lagi waktu dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk kembali hidup didunia untuk menebus kesalahan dan kekeliruan yang telah kita perbuat. Semoga kita adalah hamba yang senantiasa bertaubat atas kesalahan yang terlakukan dengan “Taubatan Nashuha” dan Allah SWT berkenan menerima akan taubat kita.
Amin.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (Qs. At Tahrim:8)

“…Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(Qs. At-Taubah:118)

Wallahu a’lam bishshawab

Jangan Jauhi Masjid

Jangan Jauhi Masjid


Pernah ada tetangga yang sering pindah-pindah rumah hanya karena tidak ingin dekat dengan masjid. "Suara adzan berisik, sering mengganggu waktu tidur kami," ujarnya. Masya Allah, ada orang, bahkan satu keluarga yang mengaku muslim namun merasa sering terganggu dengan suara adzan dari masjid.

Tetapi mungkin Allah masih tetap ingin memberinya hidayah kepadanya, karena beberapa kali berpindah rumah ia selalu mendapatkan rumah yang tidak jauh dari masjid. Bahkan pernah sekali rumahnya bersebelahan dengan masjid. Pernah juga di rumah yang lain yang mulanya ia cukup senang karena sangat jauh dari masjid, eh tidak lama kemudian masyarakat setempat beramai-ramai membangun masjid. Dan letaknya, justru hanya beberapa langkah saja dari rumah keluarga yang ingin menjauhi masjid.

Beruntung, hidayah Allah benar-benar menembus. Keluarga ini kemudian perlahan-lahan mulai menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa jauh dari masjid selama masih tinggal di Indonesia, negeri yang mayoritas memeluk agama Islam. Satu persatu anggota keluarga ini menjadi bagian dari jamaah masjid di dekat rumahnya.

Ada lagi yang tidak separah keluarga di atas. Mereka rajin sholat, namun lebih suka di rumah. Banyak alasan yang dipakai, mulai dari jarak yang lumayan jauh sampai pada persoalan perbedaan tata cara ibadah semisal subuh pakai qunut atau tidak, sholat jum’at adzan dua kali atau sekali. Ada lagi alasan tidak ke masjid karena menganggap masjid itu miliki golongan tertentu, sedangkan ia berada di barisan yang berbeda. Tapi yang paling banyak dipakai adalah alasan yang dibuat-buat alias malas ke masjid.

Buat orang-orang sibuk yang bekerja sejak pagi hingga malam, masih dimaklumi jika tidak sempat menyambangi masjid di lingkungannya. Toh, di waktu dzuhur dan ashar ia pun sholat di masjid di kantornya. Begitu pula waktu maghrib dan isya, ada yang bertemu masjid di perjalanan pulang dan mereka mampir untuk bertemu Allah, tidak sedikit pula yang memutuskan pulang ke rumah sesudah sholat maghrib. Intinya, tetap ke masjid.

Tetapi, bagaimana pun fungsi masjid tak sebatas tempat beribadah mahdhah saja, masjid juga memiliki fungsi sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Fungsi sosial misalnya, silaturahim tetap harus dijaga di antara warga yang tinggal di sebuah lingkungan. Karena sepanjang waktu habis dipakai untuk bekerja, maka shubuh merupakan satu-satunya waktu untuk tetap menyambung silaturahim itu. Atau di hari libur, kita bisa lebih sering bertatap muka dengan jamaah lainnya. Jika kita tidak sempat bertamu ke tetangga, masjid bisa memfasilitasi pertemuan dengan banyak warga tanpa harus berkunjung satu persatu ke rumah tetangga.

Sayang sekali, jumlah masjid yang sangat banyak tumbuh di negeri ini tidak diimbangi dengan semangat untuk memanfaatkannya. Saya masih ingat ketika masih tinggal di Tangerang, ada semangat luar biasa dari warga untuk membangun masjid bersama-sama hanya karena mendengar isu lahan kosong itu hendak didirikan bangunan ibadah ummat beragama lain. Tetapi ketika masjid itu sudah berdiri tegak, kita tak ramai-ramai menegakkan ibadah di dalamnya.

Ada orang-orang yang memanfaatkan masjid hanya pada moment tertentu, seperti pernikahan. Saat sepasang lelaki dan perempuan memulai hidup baru, mengikat janji setia. Indah sekali, sebuah ikatan sakral yang dilakukan di dalam masjid disaksikan ratusan pasang mata dari keluarga, kerabat, sahabat serta tamu undangan. Tidak hanya itu, Allah dan para malaikat pun menyaksikan prosesi penyatuan dua insan itu.

Sesudah itu, kita lupa lagi dengan masjid. Lupa bahwa di masjid lah kita memulai hidup baru, dan terlebih lupa pula bahwa di masjid pula lah kita akan mampir sejenak setelah kehidupan berakhir. Ini ingatan untuk diri pribadi agar tak menjauhi masjid, sebab saya tak ingin orang-orang tak berkenan hadir untuk menyolatkan jenazah saya di masjid karena saya dianggap bukan bagian dari jamaah masjid.

Monday, August 10, 2009

Manfaat Membaca Basmalah

Manfaat Membaca Basmalah

Bismillah sebuah kalimat yang tidak asing di telinga dan lisan seorang muslim. Bismillah diucapkan ketika akan memulai setiap perkara yang bermanfaat. Dzikir ini mengandung keutamaan, diantaranya sebagai berikut:

Terjaga dari Setan

Rasulullah bersabda:
"Apabila seorang masuk ke rumahnya dan mengingat Allah (berdzikir) ketika masuknya dan ketika makan, maka setan berkata: "Tidak ada tempat istirahat dan makan malam untuk kalian." Dan apabila ia masuk dan tidak mengingat Allah ketika masuk, maka setan berkata: "Kalian telah mendapatkan tempat istirahat." Dan apabila ia tidak mengingat Allah ketika makan, maka ia berkata:"Kalian mendapatkan tempat istirahat dan makan malam".1
Imam Nawawi berkata, "Dengan demikian, disunnahkan untuk mengingat Allah ketika masuk rumah dan makan."2

Menyempurnakan Barakah

Dengan bismillah akan dapat menyempurnakan keberkahan pada amal, Rasulullah bersabda,
"Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillah (dalam riwayat lain: dengan mengingat Allah), maka amalan tersebut terputus (kurang) keberkahan-Nya."3

Dilindungi Allah dari gangguan Jin

Dan sabdanya, "Penghalang antara mata jin dan aurat Bani Adam, apabila salah seorang dari mereka melepas pakaiannya, ialah dengan membaca Bismillah."4

Pengalaman Nyata

Ketika Khalid bin Walid tertimpa kebimbangan, mereka berkata kepadanya, "Berhati-hatilah dengan racun, jangan sampai orang asing memberikan minum padamu," maka ia berkata, "berikanlah kepadaku," dan ia pun mengambil dengan tangannya dan membaca: "Bismillah," lalu ia meminumnya. Maka sedikitpun tidak memberikan bahaya kepadanya. 5
Sumber : Al-Hisnu al-Waqi', Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Muhammad as-Sad-han, dengan pengantar dari Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Abdir-Rahman bin Jibrin.

HR. Muslim, 2018.
Syarh Muslim ‘ala Muslim, 7/54
Dishahihkan oleh Jamaah, seperti Ibnu Shalah, Nawawi di dalam Adzkar-nya. Syaikh bin Baz berkata: "Hadist Hasan dengan syawahidnya".
Sebagaimana terdapat dalam al-Jami' Shaghir. Dan dihasankan oleh Munawi dalam syarhnya.
Dikeluarkan oleh al-Baihaqi, Abu Nu'aim, Thabrani, Ibnu Sa'ad dengan sanad yang shahih. Lihat Tahdzib at-Tahzib, Ibnu Hajar, 3/125.
Diketik ulang dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Th. XII/1429H/2008M Hal. 8 dalam kolom "Baituna".

Monday, July 13, 2009

Meyakini Adanya Kehidupan Lain

Meyakini Adanya Kehidupan Lain


Betapa berbedanya penampilan bangsa Muslim Palestina dengan bangsa Yahudi Israel menghadapi perang di Gaza. Ada ketegaran, ketenangan dan kesabaran
yang sangat nyata terlihat di wajah banyak warga Gaza selama perang
berlangsung. Sementara itu jelas terlihat hadirnya tanda-tanda kepanikan, keresahan dan ketakutan
pada sebagian besar warga negara Zionis di wilayah selatan Israel
setiap kali sirene berbunyi menjelang mendaratnya roket para pejuang
Palestina.

Padahal jika dibandingkan jelas terlihat bahwa
ancaman yang dihadapi warga Gaza sangat jauh berbeda dengan apa yang
dihadapi oleh warga Israel Selatan. Rakyat Palestina menghadapi ancaman
serangan pasukan Zionis Yahudi Israel dari arah udara, darat dan laut.
Mereka diserang oleh militer sebuah negara yang dikategorikan sebagai
kekuatan urutan ketiga di seluruh dunia. Kekuatan yang didukung oleh
mesin pembunuh canggih buatan Amerika Serikat.

Sedangkan
rakyat Israel Selatan ”hanya” menghadapi ancaman roket-roket buatan
tangan pejuang Palestina. Roket yang dikatakan oleh seorang pengamat di
Amerika sebagai hanya ”satu stadium di atas mercon”. Padahal setiap
kali sebuah roket dilontarkan dari Gaza rakyat Israel Selatan
dilindungi pemerintahnya dengan ”early warning system” berupa sirene
yang menyebabkan mereka masih punya waktu limabelas detik untuk berlari
ke shelter (tempat berlindung). Sedangkan rakyat Palestina dapat
terluka bahkan terbunuh kapan saja. Ancaman tersebut bisa datang dari
arah darat, laut maupun udara. Ancaman tersebut bisa berupa peluru
sniper hingga bom White Phosphourus.

Jelas ancaman yang membayangi warga Gaza sangat
jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan ancaman yang membayangi
rakyat Israel Selatan. Sambil tidak ada satupun tempat berlari atau
mengungsi bagi warga Jalur Gaza karena blokade seluruh perbatasannya
masih diberlakukan oleh pemerintahan penjajah Israel.

Dengan gambaran perbandingan seperti di atas kita
jumpai suatu fakta mencengangkan. Ketegaran, ketenangan dan kesabaran
yang sangat nyata terlihat di wajah banyak warga Gaza selama perang
berlangsung. Sementara itu jelas terlihat hadirnya tanda-tanda
kepanikan, keresahan dan ketakutan pada sebagian besar warga Israel
Selatan. Mengapa hal ini terjadi? Suatu bangsa di bawah bayang-bayang
ancaman serangan begitu mematikan dan dahsyat memperlihatkan ketegaran,
ketenangan dan kesabaran, sementara itu suatu bangsa lain di bawah
bayang-bayang ancaman roket yang sekedar ”satu stadium di atas mercon”
mempertontonkan kepanikan, keresahan dan ketakutan.

Saudaraku,
ini semua hanya membuktikan betapa berbedanya kualitas manusia
Palestina Muslim dengan manusia Israel Yahudi. Manusia Muslim yang
beriman hidup dengan pemahaman dan keyakinan bahwa dunia ini merupakan
tempat hidup sementara. Sedangkan manusia Yahudi kafir menyangka bahwa
dunia ini merupakan satu-satunya tempat hidup. Orang yang percaya bahwa
masih ada kehidupan selain dunia ini tentunya selalu memiliki harapan
akan keadaan yang jauh lebih baik dalam kehidupan di akhirat kelak. Ia
boleh jadi mengalami penderitaan bahkan musibah dalam hidupnya di
dunia, namun itu semua menjadi tidak berarti bila dibandingkan dengan
kehidupan di surga penuh kenikmatan di akhirat.


"Pada hari berbangkit didatangkan orang yang
paling sengsara hidupnya di dunia dari ahli surga. Maka ia dicemplungkn
ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak Adam, apakah kau
pernah melihat kesengsaraan? Apakah kau pernah merasakn penderitaan?"
Ia menjawab:"Tidak, demi Allah wahai Rabb. Aku tdk pernah mengalami
kesengsaraan dan tidak pula melihat penderitaan" (HR Muslim 5018)

Hal
inilah yang membuat bangsa Palestina menjadi begitu tegar dan tetap
optimis betapapun penderitaan yang mereka telah alami. Ini pula
rahasianya mengapa begitu sering kita saksikan melalui layar kaca bila
warga Gaza diwawancarai mereka berkata: ”Kami punya Allah yang selalu
melindungi kami.” Subhanallah...!

Sebaliknya orang Yahudi kafir menjadi sedemikian
stress dan hidup penuh kegelisahan karena mereka tidak punya pemahaman
dan keyakinan adanya kehidupan selain dunia ini. Oleh karenanya bila
kehidupan satu-satunya ini sudah diwarnai dengan ketidak-tenteraman,
maka mereka menghayatinya sebagai puncak musibah. Mereka memandang
bahwa surga mereka segera terusik dan terganggu. Dan pemerintah Zionis
menjadi sedemikian angkara murka terhadap siapa saja yang mereka
nilai mengganggu ketenteraman hidup satu-satunya. Dan karena itu pula
mereka menjadi sedemikian sadis terhadap seluruh warga Gaza karena
seluruhnya dianggap sebagai bagian dari Hamas, organisasi teroris yang
harus dimusnahkan...! Demi memelihara surga dunia mereka, bangsa Yahudi
Zionis Israel rela menjadikan bangsa Palestina mengalami neraka dunia.

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" (QS Hud15-16)

---------------
sumber : eramuslim.com

Sunday, July 12, 2009

Nonton TV Tidak Baik Bagi Anak Penderita Asma

Nonton TV Tidak Baik Bagi Anak Penderita Asma

Bila anak anda memiliki potensi asma, jangan biarkan ia berlama-lama di depan televisi. Sebuah studi menemukan jika anak-anak yang menonton televisi lebih dari dua jam sehari meningkatkan resiko mereka terhadap asma.

Bagaimanapun para peneliti meyakini hasil tersebut lebih terkait kepada gaya hidup, yakni duduk berlama-lama di depan layar TV daripada piranti TV itu sendiri.

Lebih dari 3.000 anak di Inggris dari usia baru lahir hingga berusia 11 tahun mengikuti riset yang dipublikasikan dalam Jurnal Thorax.

Para orang tua ditanyai tentang gejala nafas bersiul dan apakah anak-anak mereka didiagnosa memiliki asma, serta kebiasaaan para bocah dalam menonton televisi.

Ketika semua anak tersebut bebas dari gejala nafas bersiul saat balita, beberapa di antara mereka, sekitar 6 % mulai terlihat tanda-tanda asma ketika masuk usia 11 tahun,dan mereka yang menonton TV lebih dari 2 jam sehari tampak memiliki kondisi demikian.

Rincian dari anak-anak yang akhirnya mengidap asma, 2 % memiliki kebiasaan tak menonton TV, 20 % menonton TV kurang dari 1 jam perhari, 34 % menonton TV 1-2 jam perhari dan 44 % melihat siaran TV lebih dari 2 jam sehari.

Salah satu anggota tim peneliti, James Paton, doktor dari Universitas Glasgow berkomentar, "Kami pikir masalahnya ada pada aktivitas , bukan menonton TV. TV hanyalah sekedar penanda. Mungkin beraktivitas di luar ruang pada usia muda memiliki pengaruh untuk melindungi paru-paru,"

"Ini menunjukkan mungkin tidak duduk berlama-lama membuat kita sering mengarik nafas lebih panjang dan lama, dan itu boleh jadi hal penting dalam kesehatan paru-paru jangka panjang," ujarnya.

Para peneliti asma Inggris tersebut juga menambahkan dalam riset mereka terdapat bukti yang mengaitkan antara kurangnya gerak badan dan kegemukan terhadap peningkatan resiko asma.

http://www.muslimdaily.net/

Saturday, June 13, 2009

Papa tadi nyanyi lagi apa?

Papa tadi nyanyi lagi apa?

oleh Yanza Kawa


Usia anak laki-laki kami ketika itu belumlah genap 2 tahun.

Tapi si kecil sudah bisa bicara dan berkomunikasi dengan kami ataupun orang lain yg dikenalnya.

Tingkah polah dan "kenakalan" khas anak seusianya, menjadi penghibur hati kami selaku orang tuanya.

Kebiasannya sebelum tidur yakni dinyanyikan terlebih dahulu.

Maka lagu anak-nak tempo doeloe spt "nina bobok", "tidurlah tidur", dll menjadi lagu
"wajib" buatnya sebagai pengantar tidur.

kadang lagu anak2 tsb dimodifikasi atau bahkan "terpaksa" mencipta sendiri lagu yg dinyanyikan sesuai dgn sikon dan kebutuhan.

Maksudnya, semakin lama si kecil terlelap, makin banyak lagu yg
dinyanyikan dan ini menuntut kami orang tuanya untuk makin "kreatif"
dlm menyanyi.

(saya aja bosen kalau harus nyanyi lagu yg sama...apalagi si kecil yg mendengarkan...he..he...)

Suatu malam saya kebagian mengendong si kecil untuk ditidurkan.

Maka "ritual" menyanyikan lagu pun dimulai. Awalnya saya menyanyikan lagu-lagu "standard" yg biasa dinyanyikan baginya.

Karena si kecil belum juga terlelap, kemudian timbul keinginan saya
untuk "menyanyikan" kalimat tahlil buatnya. Maka terlantunlah kalimat
"laa ilaaha iLlallaah" dengan perlahan dan berulang-ulang.

Si kecil yang sebelumnya tengah "terlayang-layang" (kondisi sesaat
sebelum tidur/setengah sadar) terlihat bereaksi. Tanpa saya duga dia
berujar, "papa tadi nyanyi lagu apa?" sontak bagai kena sambar gledek di malam buta saya terperangah dgn pertanyaannya itu.

saya tak tahu bagaimana harus menjelaskan kepada anak seusia itu tentang Allah dan nilai-nilai agama kepadanya.

Pertanyaan polos dari hati si kecil yg masih bersih tsb telah menyadarkan kekeliruan saya selama ini.

Boleh jadi selama ini saya sbg orang tua hanya memperhatikan
bagaimana terpenuhinya gizi terbaik bagi anak, memberikan permainan dan
hiburan, memikirkan bagaimana agar si anak mendapatkan pendidikan dan
pelayanan kesehataan berkualitas, dll yg bersifat keduniawian, tapi
lupa akan tugas utama untuk mengenalkan kepada Tuhannya, Allah Swt,
penciptanya dan Penguasa jagat raya ini.

Sebagai orang tua, saya lah orang pertama yg bertanggung jawab utk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai tsb kepadanya.

Tiadalah artinya meninggalkan harta berlimpah kepada keturunan kita
bila mereka jauh dari tuntunan agama, rusak aqidah dan akhlaknya.

Karena dgn agamalah yg menyelamatkan mereka tidak hanya di dunia ini, tapi di akhirat kelak.

-------------------

Kisah di atas adalah kejadian sekitar dua tahun lalu, saat kami msh di
negeri yang penduduknya mayoritas non Islam/sekular. Sekarang anak
laki2 saya telah berusia sekitar 3 tahun dan kami sdh berada di
lingkungan yg lebih islami (negara berpenduduk mayoritas islam). Di
rumah kadang saya ajak si kecil mengaji. Sesekali saya bawa ke
masjid/surau. Dia juga sdh pandai mengikuti saya shalat, walau
gerakannya belum sempurna. sudah bisa melafalkan (dgn sedikit
cadel)surah al Fatihaah dan ayat-ayat pendek lainnya. Bisa menirukan
suara adzan bila kebetulan terdengar kumandang adzan dari masjid atau
televisi.

Saya sadar, perjalanannya masih panjang. Entah bagaimana kerasnya cobaan hidup 20 atau 30 tahun mendatang.

Yang jelas, kami sebagai orang tua telah berusaha memberikan bekal dan lingkungan yg mendukung buatnya dalam beragama.

Sehingga saat di padang mashar nanti, tak ada lagi "gugatan" dari si
anak kepada kami selaku org tua karena melalaikan amanah dari Allah SWT.

Alhamdulillah, sekarang bila saya mengucapkan kalimat tahlil atau
pun berdzikir, si kecil kadang ikut pula melantunkannya dan yg
melegakan hati, tak ada lagi terlontar pertanyaan: "Papa tadi nyanyi lagu apa?"

************************
''Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar'' (QS An-Nisa: 9).

"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kelaliman yang besar" (QS Lukman: 13).

"Tidaklah ada seorang anak kecuali ia dilahirkan di atas fitrah.
Lalu, orang tuanyalah yang menjadikan anak itu (menjadi) Yahudi,
Nasrani, atau Majusi '' (Nabi Muhammad SAW, HR Bukhari dan Muslim).